1. Pisahkan Rekening Pribadi dengan
Perusahaan. Hal ini Agar terhindar dari penggunaan yang tidak disengaja atau
dianggap uang Anda juga. Meskipun perusahaan 100% milik Anda,
pemisahan rekening ini akan lebih memudahkan untuk akurasi perhitungan.
2. Bujetkan Pengeluaran Bulanan.
Termasuk gaji Anda. Gajilah diri Anda sesuai dengan jabatan dan ‘angka’
kebutuhan Anda. Jika terpaksa pinjam, hitung sebagai kasbon/utang yang harus
dibayar di gajian berikutnya.
3. Buat Proyeksi Arus Kas. Dengan
proyeksi arus kas, Anda tahu, kapan akan menerima duit, keluar duit, dan akan
minus/plus duit. Dengan itu bisa diambil langkah antisipasi sebelum terjadi
minus.
4. Buat Laporan Arus Kas. Idealnya
adalah laporan keuangan (laba/rugi dan neraca). Tapi, jika belum memungkinkan
karena masih usaha baru, buatlah setidaknya laporan keluar masuk duit.
5. Pisahkan Akunting dengan Kasir. Jika
bagian yang pegang duit (kasir) juga membuat laporan keuangan, maka ada potensi
manipulasi laporan. Misalnya, kas di laporan ada, ternyata saat diaudit tak ada
(terpakai untuk kepentingan pribadi).
6. Hindari Uang Menginap di Karyawan.
Banyak kejadian uang yang dibawa pulang ke rumah cenderung akan dipakai, mulai
dari alasan foya-foya, saudara sakit, pulang kampung, sampai kucing cedera.
7. Lakukan Cek Stok Secara Berkala.
Celah manipulasinya adalah stok yang sudah terjual, dilaporkan belum terjual.
Alhasilnya, duitnya pun sudah raib.
Apa saja
sih yang perlu dibukukan dalam mengelola keuangan usaha kecil secara sederhana?
Hal yang
perlu anda siapkan setidaknya buatlah 5 buku akun atau buku rekening atau
bahasa mudahnya buku catatan terpisah yang mencatat tiap-tiap transaksinya. Apa
saja itu?
1. Buku
Arus Kas atau buku kas
Catatan
keluar masuk uang secara riil. Isinya hanya catatan uang keluar dan masuk saja.
Dari pos manapun. Ini yang pertama. Sederhananya, itu lho seperti buat buku kas
di mesjid-mesjid atau di RT/RW kita itu. Uang keluar…uang masuk…lalu saldo.
SIMPEL!
2. Buku
Persediaan Barang
Catatan
untuk setiap pertambahan barang masuk karena pembelian ke suplier yang kita
lakukan dan berkurangnya barang karena laku terjual. Ini juga sangat SIMPEL!
3. Buku
Pembelian dan Penjualan
Catatan
uang keluar karena pembelian barang yang kita lakukan. Nilai rupiahnya. Catat
nilai rupiahnya setiap kita melakukan pembelian barang ke suplier. Catat juga
uang masuk karena penjualan. Buku ini bisa juga menjadi ringkasan dari buku
kas, tapi khusus pembelian dan penjualan saja. Kumpulkan data dari buku kas
harian, masukkan ke buku ini. Dengan buku ini, kita bisa memantau berapa besar
pembelian dan berapa besar penjualan (omzet), dan selisihnya langsung menjadi
laba kotor sebelum dikurangi biaya-biaya.
4. Buku
Hutang Piutang
Kalau ini
sih biasanya sudah punya. ya catatlah hutang pelanggan dan piutang anda ke
pihak supplier.
5. Buku
Biaya dan pendapatan lain selain dari penjualan barang/jasa kita
Catatan
biaya-biaya dan pendapatan lain harus dikumpulkan dalam sebuah akun/buku
tersendiri. Ini penting untuk mendapatkan data laba bersih. biaya-biaya itu
seperti listrik, telepon, pengemis dsb. Sedangkan pendapatan lain itu misalnya
menjual kardus bekas, parkir dsb.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar