Mei 31, 2022

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK MAKANAN PADA USAHA MIKRO

 Rizky Dimas Dhayana

@T24-Dimas

A.            Pendahuluan

         Untuk memperpanjang daur hidup produk, para pengusaha tidak hanya harus menjaga kualitas produk yang ada, namun juga melakukan strategi pengembangan produk karena hal tersebut akan membentuk masa depan perusahaan yang ada. Product life cycle didefinisikan sebagai waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan konsumen sejak lahir sampai diputus kan dihentikan pemasarannya (Hesterly, 2008). Lama daur hidup produk berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

 

         Ebrahim (2010) menjelaskan bahwa daur hidup produk akan mengalami penurunan setiap tahun sedangkan kebutuhan pelanggan akan meningkat dengan sangat drastis. Apabila perusahaan tidak segera menanggapi permintaan pelanggan yang ada, maka perusahaan dapat mengalami penurunan penjualan seiring berjalannya waktu sehingga dapat mempercepat akhir siklus hidup produk. Untuk menanggapi permintaan pasar yang semakin bervariasi, maka suatu perusahaan memerlukan adanya proses pengembangan produk sehingga dapat berdampak positif bagi kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.

 

         Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun 2008-2012. Semakin berkembangnya jumlah UMKM maka semakin banyak pula    jumlah tenaga kerja yang  erserap sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentu akan meningkatkan sumbangan UMKM terhadap PDB Indonesia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa UMKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Perkembangan jumlah UMKM tersebut tentu tidak lepas dari adanya peranan strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk di dalamnya yaitu strategi pengembangan produk. Melalui strategi ini, UMKM tidak hanya dapat menambah volume penjualan dan laba, namun juga dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen karena dengan semakin banyaknya variasi produk yang dihasilkan maka kebutuhan konsumen pun dapat semakin terpenuhi (Badriyah, 2014).

 

         Permasalahan yang sering terjadi di era informasi ini yaitu perusahaan kehilangan posisi keunggulannya karena mereka tidak melakukan inovasi produknya, sedangkan pesaing berinovasi sekaligus memanfaatkan teknologi terbaru sehingga produk pesaing lebih digemari. Tujuan dari inovasi produk sendiri bisa bervariasi, seperti mengembangkan produk baru, meningkatkan sifat produk, dan meningkatkan kualitas produk tersebut (McKeown, 2008). Salah satu inovasi yang harus dilakukan adalah pengembangan produk. Pengembangan produk merupakan inovasi yang melibatkan produk baru dengan karakteristik produk yang telah ada. Perusahaan yang ingin bertahan harus melakukan pengembangan produk terus menerus karena kebuuhan dan keinginan konsumen terus berubah. Dalam persaingan industri makanan, daya saing merupakan situasi di mana perusahaan memperoleh keuntungan karena menjawab dengan tepat kebutuhan konsumen dibandingkan pesaingnya (Mcllveen, 1994).

 

         Hal ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan produk sangat ditentukan oleh bagaimana perusahaan mencari ide untuk mengembangkan produk sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen hingga tahap komersialisasinya tepat (Rudolph, 1995). Perusahaan juga perlu mengelola sumber inovasinya, memahami konsumen serta pasar, dan menargetkan pasar secara tepat dengan inovasi yang tepat, sesuai dengan kesediaan konsumen untuk membayar atribut produk baru. Namun beberapa konsumen tidak semuanya memiliki kesediaan yang sam

 

 

B. Pengertian Product Development

         Dilansir dari laman Product Plan, product development merupakan berbagai tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan suatu produk dalam suatu konsep atapun ide dengan market release, dll. Sedangkan dikutip dari laman Tech Target, product development adalah berbagai langkah yang didalamnya mencakup pembuatan suatu konsep, pengembangan, desain, serta pemasaran produk yang baru diciptakan ataupun baru melakukan suatu upaya rebranding. Berdasarkan kedua penjelasan diatas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa product development adalah suatu upaya dalam mengembangkan dan juga merubah suatu produk. Product development merupakan salah satu strategi agar sebuah perusahaan mampu bertahan dalam iklim persaingan yang ketat serta mampu merangkul lebih banyak konsumen potensial seiring perkembangan tren selera akan suatu produk.

         Di antara berbagai jenis usaha yang populer dalam dunia bisnis, usaha produksi makanan dan minuman merupakan bisnis yang memiliki pasar potensial sangat luas sekaligus tingkat persaingan yang tinggi. Jika anda perhatikan, perusahaan produsen makanan dan minuman yang populer seperti Indofood dan Nestle memiliki banyak sekali varian produk yang beragam baik itu dari segi jenis produk, kemasan, rasa, proses pengolahan dan sebagainya. Jika Anda ingin mendapatkan materi presentasi yang bagus tentang strategi pemasaran, strategi bisnis dan personal development.

         Hal ini membuat kedua perusahaan tersebut menjadi raksasa dalam bidang bisnis produksi makanan dan minuman karena mereka memberi banyak pilihan kepada konsumen, konsisten dalam mengikuti perkembangan selera konsumen sekaligus memberi pilihan kepada kelompok konsumen yang berbeda-beda.

         Tidak bisa dipungkiri bahwa product development merupakan bagian dari strategi bisnis yang penting sehingga pengusaha makanan dan minuman berskala kecil yang serius pun biasanya sudah memikirkannya sejak awal memulai bisnis; biasanya ide yang muncul di awal adalah pembuatan produk dengan beberapa pilihan rasa dan bukan hanya satu.

C. Pentingnya Produk Developmen

         Seperti yang sudah kita rasakan bersama bahwa zaman akan selalu terus berkembang, dan teknologi serta tren masyarakat pun silih berganti. Sehingga, bisa dipastikan Anda akan sangat jarang menemukan produk yang tidak melakukan perubahan apapun namun tetap laku dalam kurun waktu yang lama. Walaupun memang ada produk seperti komputer AT&T yang masih laku selama beberapa periode, tapi tetap saja tidak banyak perusahaan yang bisa bertahan dengan cara seperti itu, terlebih lagi untuk beberapa bisnis kecil.

         Untuk itu, setiap perusahaan wajib melakukan kolaborasi terkait ide, kreativitas, dan penemuannya untuk mengembangkan suatu produk agar bisa terus disukai oleh pelanggannya. Ketiganya tergabung bersama dalam komponen product development. Dilansir dari laman Inc, Biasanya, ada aspek lain yang harus ada dalam suatu proses product development, yaitu, manufacturing, design, engineering, market positioning, distribusi, marketing, serta penjualan.

D. Tahapan Product Development

1. Penciptaan Ide

    Menciptakan ide atas suatu produk baru adalah tahap pertama yang harus ada dalam pengembangan produk baru. Dalam proses penciptaan ide baru ini, pihak perusahaan harus mampu mengikuti berbagai upaya sistematika dalam menciptakan produk baru. Umumnya, akan ada banyak sekali ide produk dalam proses penciptaan ide ini. tapi, tentu saja semua ide tersebut harus bisa dilanjutkan ke dalam tahapan selanjutnya, sehingga akan ada banyak sekali ide baru yang terseleksi pasca melewati beragam syarat kelayakan dalam suatu ide produk.

 

2. Penyaringan Ide

    Tahapan lain yang harus dilakukan pasca mendapatkan ide baru adalah melakukan penyaringan terkait seluruh ide produk yang di dapatkan. Penyaringan ini dilakukan agar bisa mendapatkan ide produk yang benar-benar layak agar bisa diproses ke tahap selanjutnya, mengurangi biaya pembuatan produk, meminimalisir risiko gagal, serta untuk memilih ide produk yang dinilai sempurna dan bisa diproduksi oleh perusahaan saja.

         Mungkin saat mencari ide produk, Anda punya pertanyaan “Nungguin ide kok enggak lewat-lewat ya?” Sebaiknya, jangan menunggu ide datang. Jemput ide itu menggunakan SCAMPER model, yaitu teknik mendapatkan ide dengan menjawab tujuh pertanyaan utama seputar produk. 

         Elemen dalam SCAMPER meliputi Substitute, Combine, Adapt, Modify, Put another use, dan Eliminate. Anda bisa menggunakan salah satu atau gabungan elemen-elemen tersebut ketika mengembangkan ide produk. 

sumber: pinterest

 

         Sebagai contoh, umumnya produk orange juice berbentuk minuman dalam kemasan botol. Nah, Anda bisa menciptakan produk baru minuman jeruk tersebut dengan bentuk bubuk atau padat dalam kemasan sachet. 

sumber: medium

 

Orange juice bubuk tentu lebih praktis dibawa kemana-mana dan bisa dinikmati kapan saja dengan menambahkan air sesuai selera.

Combine

Fungsi dan bahan apa yang bisa digabungkan dalam suatu produk baru?”  adalah pertanyaan yang perlu Anda jawab ketika menerapkan elemen Combine. Katakanlah Anda memiliki produk orange juice dalam bentuk bubuk. Lalu, Anda melihat bahwa pasar juga menyukai krimer. Nah, Anda bisa memasukkan krimer ke dalam orange juice bubuk Anda menjadi sebuah produk baru.
 

sumber: medium

 

Tak hanya soal bahan, Anda bisa menggunakan Combine untuk menggabungkan dua fungsi yang berbeda dalam suatu produk. Cara ini bisa digunakan untuk produk barang maupun layanan jasa. Contohnya, Niagahoster memiliki produk layanan hosting website dan beragam pilihan domain yang merupakan produk dengan fungsi berbeda.  Namun, dengan menawarkan kedua produk bersamaan, ada value lebih yang diberikan untuk pelanggan, yaitu lebih mudah membuat website untuk identitas online. Bahkan, penawaran tersebut termasuk domain dan SSL gratis untuk mengamankan website sehingga lebih siap untuk online. 

3. Pengembangan dan Pengujian Konsep

    Setelah menemukan ide produk dan penyaringan ide, maka hal lain yang harus dilakukan adalah mengembangkan konsep dan menguji konsep produk baru. Dalam hal ini, konsep merupakan hasil dari upaya pengembangan atas berbagai ide yang sudah diseleksi, yang mana konsep produk tersebut harus bisa dinyatakan dalam bahasa sehari-hari, sehingga bisa lebih dimengerti oleh target market dalam suatu segmen tertentu.

              Pengembangan Konsep

                  Dalam hal ini, pengembangan konsep dilakukan untuk mengembangkan ide yang sudah diseleksi menjadi suatu konsep produk agar bisa diproses lebih lanjut. Untuk itu, dalam product development harus dibuat beberapa alternatif lain yang bisa disesuaikan dengan keperluan pasar yang dinilai paling menarik.

              Pengujian Konsep

                  Konsep baru yang sudah dikembangkan wajib diuji lebih lanjut dengan target konsumen yang dituju dalam skala kecil terlebih dahulu. Berbagai konsep ini bisa disajikan dalam beragam bentuk. Untuk beberapa jenis produk tertentu, bisa disajikan dalam suatu gambar ataupun deskripsi kata. Intinya, pesan penting yang ingin disampaikan oleh pihak perusahaan harus mampu diterima dengan mudah dan baik oleh target pelanggan. Setelah konsep tersebut bisa dijelaskan secara detail kepada target pelanggan, maka berilah mereka pertanyaan terkait ketertarikannya dan nilai pada produk dari masing-masing konsep yang sudah diciptakan.

4. Pengembangan Strategi Pemasaran

    Setelah sudah menemukan atau sudah memilih produk baru, maka tahap selanjutnya adalah menyusun dan juga mengembangkan strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang harus dikembangkan akan dimulai dari strategi awal, yakni meluncurkan produk baru ke pasar, sampai produk tersebut bisa diterima oleh pasar mulai menampilkan perkembangannya.

5. Analisis Bisnis

    Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan jika sudah memutuskan konsep produk dan juga strategi pemasaran adalah melakukan evaluasi terkait daya tarik bisnis pada produk baru yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahapan ini, nantinya diperlukan peninjauan ulang terkait proyeksi penjualan, biaya dan juga keuntungan penjualan dari produk baru tersebut, tujuannya adalah agar bisa mengetahui seluruh faktor tersebut mampu memenuhi tujuan utama perusahaan.

    Apabila nantinya hasil analisa bisnis ternyata menunjukan nilai yang positif atau sudah sesuai dengan tujuan utama perusahaan, maka produk bisa dipindahkan pada tahapan selanjutnya, yakni tahap pengembangan produk. Proyeksi penjualan tersebut bisa diperoleh dengan memantau riwayat produk lain dari perusahaan, akan lebih baik lagi jika produk tersebut masih dalam satu kategori tertentu.

    Selain itu, bisa juga dengan memantau produk yang sama di pasar, memantau perkembangannya, dan apa saja yang harus dilakukan dan dihindari demi mencapai hal tersebut. Selanjutnya, gabungkan dengan berbagai strategi pemasaran yang tepat, distribusi penjualan yang baik, serta promosi dan komunikasi yang ingin disampaikan. Dalam proyeksi penjualan ini, pihak perusahaan juga harus membuat angka penjualan minimal dan maksimal agar bisa melihat risiko yang mungkin nanti akan terjadi. Selain itu, hal ini juga akan berguna untuk melihat perkiraan biaya dan tingkat keuntungan yang bisa diraih dari penjualan produk tersebut. Berdasarkan hasil dari analisa tersebut, maka nantinya perusahaan akan melihat dari sisi finansial dan menilai seberapa menarik bisnis pada produk tersebut.

6. Pengembangan Produk

    Dalam tahapan ini, produk yang sedang dikembangkan tersebut umumnya belum produk yang sebenarnya, tapi hanya berupa suatu konsep produk dalam rangkaian kata, video animasi, gambar, atau suatu prototype produk. Bila sudah melewati tahap analisa bisnis, maka nantinya akan dilanjutkan dengan pengembangan pada produk yang sesungguhnya. Nantinya, konsumen sendirilah yang akan melakukan evaluasi terkait produk pra-rilis atau produk prototipe tersebut, karena pengalaman mereka akan sangat berguna dan bermanfaat dalam tahap pengembangan produk.

7. Uji Pemasaran

    Sebelum suatu produk benar-benar diluncurkan ke pasar yang diiringi dengan strategi pemasarannya, maka sebelumnya harus dilakukan uji pemasaran pada pasar yang sesungguhnya, namun dalam skala kecil saja.

    Dengan begitu, maka perusahaan dan pihak pemasar akan bisa mendapatkan gambaran dan juga pengalaman terkait pemasaran produk tersebut, sebelumnya nantinya benar-benar dijual dalam skala yang lebih luas, yang mana hal tersebut akan memerlukan biaya pemasaran yang sangat banyak.

8. Komersialisasi

Tes pemasaran yang dihasilkan seharusnya sudah mampu memberikan gambaran terkait prospek pada produk baru tersebut. Berdasarkan hasil dari tes pemasaran tersebut, nantinya pihak manajemen perusahaan bisa memutuskan apakah produk baru tersebut bisa diluncurkan, ditunda, atau bahkan membatalkannya. Nah, jika manajemen perusahaan sudah yakin ingin meluncurkan produk baru, maka pihak perusahaan harus mempersiapkan berbagai kegiatan lain, yakin kegiatan komersialisasi, yang dimulai dari persiapan produksi dalam kapasitas yang lebih besar, persiapan untuk kegiatan peluncuran produk baru seperti promosi penjualan, iklan, distribusi dalam cakupan yang lebih besar, serta berbagai kegiatan pemasaran lain. Kita tentu sudah mengetahui bahwa hanya sedikit sekali produk yang bisa berhasil masuk dan sukses di pasar yang luas. Nah, untuk memini

F. Tips mengembangkan produk

1.   Melakukan pencampuran rasa dari rasa primer yang sudah dimiliki produk anda untuk menciptakan sensasi rasa baru. Contohnya seperti produk Fruit Tea dari Sosro yang mulanya hanya memiliki rasa primer seperti teh apel, teh lemon dan teh stroberi namun kemudian membuat variasi produk dengan rasa campuran seperti teh apel-lemon dan teh stroberi-blackcurrant.

2.   Melakukan penggabungan bahan yaitu menambahkan bahan baru ke dalam bahan utama dimana kedua bahan ini merupakan struktur makanan yang solid dan bisa berdiri sendiri-sendiri (bukan menambahkan bumbu ke dalam bahan makanan). Contohnya adalah produk bubur gandum Quaker Oatmeal yang memiliki produk oatmeal yang dicampur dengan potongan pisang serta buah arbei, di luar oatmeal biasa.

3.   Melakukan inovasi pada cara pengolahan atau konsumsi makanan dan minuman tersebut. Misalnya produk keripik sayuran yang sekarang sedang populer yang dibuat dari sayuran hijau, atau produk jus yang bisa dibekukan menjadi es lilin.

4.   Membuat kemasan yang unik dan menjadi ciri khas tersendiri bagi produk tersebut. Misalnya, produk Gulaku yang kini mengeluarkan kemasan bergambar buah dengan resep yang menggunakan buah tersebut di belakang bungkusnya, kemasan stik dengan desain trendi serta kemasan khusus bertema kebudayaan Indonesia.

5.   Membuat produk dengan pengemasan spesial untuk hari-hari istimewa, misalnya produk cokelat dalam kemasan cantik mirip parsel untuk penjualan menjelang lebaran atau produk minuman soda yang dijual dalam paket cantik lengkap dengan harga khusus untuk penjualan menjelang Natal.

6.   Melakukan segmentasi produk dengan menambahkan formulasi khusus atau cara pengolahan tertentu seperti memberi tambahan kalsium dan vitamin atau menggunakan bahan-bahan yang lebih sehat; contohnya adalah Indomilk yang mengeluarkan susu tinggi kalsium untuk orang dewasa disamping produk susu untuk anak-anak serta produk mi hijau yang rendah kalori dari mi instan lainnya.

7.   Usaha makanan dan minuman merupakan bisnis yang memiliki tingkat persaingan tinggi, terutama karena konsumen bisa cepat merasa bosan terhadap suatu produk jika produsennya tidak mengeluarkan variasi produk setelah beberapa lama.

8.   Product development merupakan bagian dari strategi bisnis yang harus dipikirkan oleh perusahaan produsen makanan dan minuman apapun bahkan sejak sebelum produknya mulai dibuat.

 

G. Kesimpulan strategi pengembangan produk untuk umkm

         Sebelum menerapkan strategi pengembangan produk pada usahanya, para pemilik usaha mikro tersebut juga tidak lupa untuk memperhatikan beberapa faktor internal perusahaannya. Adapun faktor internal yang diperhatikan antara lain yaitu relasi dan kemampuan SDM yang dimiliki. Relasi yang dimaksud yaitu relasi dengan konsumen yang dapat mempermudah proses penjualan produk baru. Selain itu, dengan memiliki relasi yang baik dengan konsumen, para pemilik usaha mikro juga dapat mengetahui evaluasi konsumen terhadap produk baru yang hendak dibuatnya. Konsumen yang dimaksud bukan hanya para konsumen tingkat akhir saja, melainkan termasuk juga para sales karena mereka seringkali memberikan inspirasi kepada para pemilik usaha mikro partisipan untuk membuat inovasi produk baru lainnya. Di samping itu, para pemilik usaha mikro juga memperhatikan kemampuan SDM yang dimilikinya.

        

         Mereka akan memproduksi produk yang mampu dibuat oleh mereka sehingga menjadi lebih mudah. Selain faktor internal, faktor eksternal perusahaan pun juga tak luput dari perhatian para pemilik usaha mikro ketika hendak menerapkan strategi pengembangan produk dalam usahanya. Adapun faktor eksternal yang mereka perhatikan yaitu bahan baku, permintaan pasar, dan pesaing. Bahan baku yang dimaksud yaitu mengenai harga dan ketersediaannya di pasar. Para pemilik usaha mikro akan memilih untuk menggunakan bahan baku yang memiliki harga yang terjangkau serta mudah untuk didapatkan di pasar sehingga tidak menyebabkan harga kue menjadi mahal. Selain itu, permintaan pasar juga dijadikan faktor yang penting dalam menerapkan strategi pengembangan produk karena hal itu menandakan bahwa pasar telah siap untuk menerima inovasi produk yang baru sehingga dapat membuat produk menjadi laku ketika dijual.

        

         Permintaan pasar juga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi para pemilik usaha PARSIMONIA, VOL. 2. NO. 1. APRIL 2015 : 21-33 30 mikro ketika mereka hendak menciptakan suatu inovasi produk baru. Di samping bahan baku dan permintaan pasar, para pemilik usaha mikro juga memperhatikan pesaing ketika hendak menerapkan strategi pengembangan produk karena pesaing dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kesukesan produk yang dihasilkannya serta tolok ukur terhadap reaksi pasar.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badriyah, N. (2014). Pengaruh Pengembangan Produk Terhadap Peningkatan Volume                  Penjualan Pada Perusahaan Roti Lupi di Kecamatan Kembangbahu. (Tesis).                          Retrieved from http://www. journal.unisla.ac.id/index.php?p=journal&id=11

 

Bungin, B. (2012). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan                        Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Endrawarti, O. (2017, Februari 7). Prospek                          Industri Makanan dan Minuman Dalam Negeri Cerah. Retrieved October 10, from                Cerah. Retrieved October 10, 2017, from https://                                                                           ekbis.sindonews.com/read/1177763/34/prospek-industri-makanan-dan-                              minuman-dalam-negeri-cerah-1486460879.

 

Primus, J. (November, 2017). Begini Cara Menjaga Per tumbuhan Industri Makanan dan

          Minuman. Retrieved Retrieved December 25, 2017, from http://

          ekonomi.kompas.com/read/2017/11/24/1 53929226/begini-cara- menjaga-                       pertumbuhan-industri-makanan-dan-minuman

 

Degeneffe, D.J. (2012). New Product Development Process in Food Marketing APEC.                       New Jersey : Pearson Prentice Hall.

 

MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG MELALUI PENINGKATAN JUMLAH WIRAUSAHA

Rizky Dimas Dhayana

@T24-Dimas

A. Negara Berkembang

Di dunia, negara-negara bisa terbagi menjadi negara maju, atau negara berkembang. Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Contoh-contoh negara yang bisa dikatakan sebagai negara maju antara lain, Amerika Serikat, Hong Kong, Belanda, Portugal, Spanyol dan masih banyak lagi. Sedangkan Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indek perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Contoh Negara berkembang: Meksiko, India, Malaisya dan Indonesia.


Mengapa Indonesia masih di katakan sebagai negara berkembang? Padahal Indonesia di kenal dengan negara yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena kecendrungan negara-negara berkembang adalah ditandai dengan masyarakat yang memiliki pendapatan  perkapita lebih rendah dibandingkan negara maju dan biasanya memiliki populasi penduduk yang padat. Negara berkembang belum mempunyai kondisi ekonomi dan sosial yang makmur, kebanyakan penduduknya miskin, pemikiran-pemikiran modern belum menyusup sampai ke desa-desa, dan kemajuan teknologi masih sangat jarang mampir sampai ke desa-desa, serta banyaknya pengangguran. Melihat kondisi itu  maka Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk di dalamnya.


B. Pendapatan Masyarakat

Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat populasi penduduk yang tinggi menjadi suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara berkembang dalam upaya mensejahterakan rakyatnya. Di kota besar seperti Jakarta yang terhitung pendududknya sangat padat, keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan umum. Banyak orang yang hidup kurang beruntung  terpaksa hidup sebagai pemulung sampah. Karena pendapatan yang diperolehnya sangat rendah, anaknya tidak dapat disekolahkan sehingga tingkat kecerdasan anak tersebut tidak berkembang. Hal ini juga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tajam antara orang  yang berpenghasilan tinggi dan orang yang berpenghasilan rendah. Hal ini menyebabkan kemerosotan perekonomian di Negara Indonesia. Jika di biarkan keadaan perekonomian Negara Indonesia seperti itu terus maka semakin lama Negara akan semakin miskin dan terbelakang, serta berdampak pada keamanan nasional akan terganggu.

Maka dari itu peran kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Mengapa? Ada beberapa alasan mengapa kewirausahaan dikatakan sebagai faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


C. Kewirausahaan

Kewirausahaan atau entrepreneurship sedang digalakkan oleh pemerintah dalam satu dekade ini. Belum lagi adanya fenomena start-up lokal yang telah berhasil meraih predikat decacorn yaitu Gojek. Decacorn disematkan apabila meraih valuasi lebih dari 10 Miliar Dollar Amerika Serikat. Entrepreneurship didefinisikan oleh Peter F. Drucker sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Kao (1993) mendefinisikan kewirausahaan adalah kegiatan untuk menciptakan value dengan cara pintar melihat peluang bisnis, berani mengambil risiko atas suatu peluang bisnis dengan kemampuan manajerial yang baik untuk mendapatkan sumberdaya manusia, modal dan barang yang dibutuhkan sehingga memberikan hasil yang baik. Kreativitas dan inovasi seringkali dianggap memiliki makna yang sama. Kreativitas adalah penciptaan ide yang baru, sedangkan inovasi adalah kegiatan untuk mengimplementasikan ide yang baru. Schumpeter [1942] dalam Panagiotis Piperopoulos dan Richard Scase (2009) mendefinisikan seorang wirausaha yaitu “Everyone is an entrepreneur only when he actually ‘carries out new combinations’, and loses that character as soon as he has built up his business, when he settles down to running it as other people run their business.” Kewirausahaan di Indonesia sendiri tercantum dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995 sebagai sebuah semangat, sikap, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha yang bertujuan untuk menciptakan produk atau teknologi terbaru demi pelayanan yang lebih baik, ataupun memproleh keuntungan yang lebih besar (Munawaroh, et. al, 2016 dalam Dwi Prasetyani 2020).). Konsep kewirausahaan mulai dikenal di Indonesia sejak Suparman Sumahamidjaya mempopulerkan istilah wiraswasta. Wiraswasta sejatinya bermakna sama dengan wirausahawan. Dilihat dari sisi etimologis, wiraswasta berasal dari kata “wira” dan “swasta”. Wira memiliki arti berani, gagah, teladan, atau perkasa. Swasta terdiri dari kata “swa” dan “sta”. Swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri. Sehingga, wiraswasta secara etimologis merupakan seseorang yang berdiri sendiri serta memiliki sifat berani, gagah, teladan, dan perkasa. Wiraswasta dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki keterampilan, ketekunan, serta kepemilikan usaha dengan keberanian menanggung resiko serta kreativitas dan optimisme dalam merencanakan kegiatan usahanya. Wiraswasta lekat dengan kemauan kuat serta keberanian untuk berpijak pada kemauan serta kemampuan diri sendiri. Sikap dan sifat inilah yang membuat wiraswasta mampu menciptakan kegiatan usaha produktif serta mengembangkan usaha tersebut hingga titik keberhasilan tertentu (Darojat & Sumiyati, 2013 dalam Dwi Prasetyani 2020). Pengembangan kewirausahaan selanjutnya menjadi perhatian pemerintah, sehingga diterbitkan Inpres Nomor 4 Tahun 1995 mengenai gerakan nasional membudayakan kewirausahaan. Hal ini tak lepas Jurnal Disrupsi Bisnis, Vol. 4, No.3, Mei 2021 (228-240 dari proses integrasi yang ada dalam kegiatan kewirausahaan dalam menciptakan peluang beserta realisasinya untuk kesejahteraan masyarakat, seperti keberadaan aktivitas serta tindakan-tindakan maupun faktor lain yang berpotensi menunjang kegiatan kewirausahaan (Irianto, 2008 dalam Dwi Prasetyani 2020) Selain itu, ada beberapa karakteristik lain terkait kewirausahaan. Karakteristik-karakteristik ini meliputi ciri dan sifat yang pada umumnya lekat dengan kegiatan wirausaha, serta erat dengan individu wirausaha itu.


 

Gambar 1 


Wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai  seorang inovator dan penggerak pembangunan.  Bahkan, seorang wirausaha merupakan katalis yang  agresif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.  Wirausaha adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan (McClelland, 1961). Wirausaha adalah pencipta kekayaan  melalui inovasi, pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan yang bergantung pada kerja keras dan pengambilan resiko (Bygrave, 2004). Ini berarti bahwa kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Kewirausahaan bukanlah sesuatu yang baru dalam ekonomi. Istilah kewirausahaan telah dilakukan setidaknya sejak 150 tahun yang lalu, dan konsepnya telah ada sejak 200 tahun lalu (Bygrave, 2004).  Namun, pertama kali gagasan tentang kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif disampaikan oleh Schumpeter pada tahun 1911.  Peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ada lima alasan yang melatarbelakangi gagasan Schumpeter ini, yakni: (1) wirausaha yang mengenalkan produk baru dan kualitas baru dari suatu produk, (2) wirausaha yang mengenalkan metode baru berproduksi yang lebih komersial, baik berdasarkan pengalaman maupun hasil kajian ilmiah dari suatu penelitian (3) wirausaha yang membuka pasar baru, baik dalam negeri ataupun di negara yang sebelumnya belum ada pasar (4) wirausaha yang menggali sumber pasokan bahan baku baru bagi industri setengah jadi atau industri akhir, dan (5) wirausaha yang menjalankan organisasi baru dari industri apapun. Kelima hal inilah mengapa wirausaha mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena adanya  peningkatan produktivitas.


D. Pertumbuhahn Ekonomi

Kebijakan ekonomi yang tepat akan mengantarkan keberhasilan bagi suatu negara dan dapat dilihat bagaimana ekonominya tumbuh. Berubahnya output nasional menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi. Perubahan output nasional diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Latumaerissa menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dari definisi ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total (GDP) dan jumlah penduduk. Karena output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Aspek jangka panjang berarti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang lama, yaitu 10, 20 atau 50 tahun (Julius R. Latumaerissa, 2015, hal 23). Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi adalah naiknya kapasitas jangka panjang suatu negara untuk memenuhi kebutuhan penduduk di suatu negara. Ada tiga komponen yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi. Akumulasi modal (capital accumululation) mencakup semua investasi baru dalam lahan, peralatan fisik dan sumber daya manusia melalui peningkatan kesehatan, pendidikan dan keterampilan kerja. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja (labor force). Jumlah angkatan kerja yang lebih besar berarti tenaga kerja produktif lebih banyak dan dengan jumlah penduduk yang besar akan memperbesar ukuran pasar dalam negeri. Kemajuan teknologi (technological progress) berarti ada acara-cara baru dalam menyelesaikan tugas atau kegiatan (Michael P.Todaro dan Stephen C.Smith, hal. 170). Pembangunan ekonomi dilakukan untuk mencapai pertumbuhan, pemerataan, dan sustainabilitas. Ketimpangan pendapatan, struktur ekonomi yang berubah, peningkatan lapangan kerja, kemudahan mendapatkan kebutuhan masyarakat dan PDB di suatu negara merupakan indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni Sumber Daya Alam (SDA), kuantitas dan kualitas pendidikan masyarakat, teknologi, sosiologi dan pasar.


E. Kewirausahaan Memacu Pertumbuhan Ekonomi & Pendapatan Negara

Peran wirausaha dalam perekonomian Indonesia adalah produk dan layanan baru yang diciptakan oleh wirausaha dapat menghasilkan efek berjejang. Hal ini merupakan salah satu peran kewirausahaan dalam perekonomian Indonesia adalah bisa merangsang bisnis atau sektor terkait sehingga dapat mendukung usaha baru dan berdampak pada peningkatan ekonomi.

Selain itu, usaha yang didirikan wirausaha dapat meningkatkan lapangan kerja sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga berkontribusi juga pada pendapatan negara. Pendapatan negara ini bisa dimanfaatkan pemerintah untuk memberikan pelatihan kepada tenaga kerja supaya bisa kembali melahirkan wirausahawan.

Dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, wirausaha mempengaruhi seluruh perekonomian, khususnya pengaruhnya pada pasar tenaga kerja.  Pertumbuhan ekonomi yang meningkat sangat mungkin akan meningkatkan peluang kesempatan berusaha, namun disisi lain akan mengarah pada tekanan inflasi yang berpengaruh langsung pada upah tenaga kerja.  Padahal kenaikan upah tenga kerja tidak bisa selalu diturunkan dari ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja pasar.

Belajar dari negara Cina yang dimana kewirausahaan dihidupkan kembali pada akhir 1970-an. Awalnya dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan, ternyata energi kewirausahaan masyarakat secara serius menjadi kebijakan ekonomi Cina.  Cina menyadari bahwa jauh lebih efisien untuk meningkatkan perekonomian dengan memberikan  ruang gerak lebih bebas pada wirausaha daripada kontrol negara yang ketat.  Hasilnya sangat luar biasa, bahkan saat ini Cina menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia.  Selain pertumbuhan ekonominya berkembang pesat, wirausaha juga telah membuat standar kehidupan Cina lebih tinggi.

Belajar dari Cina, maka para pimpinan Indonesia yang bertanggungjawab dalam membuat kebijakan ekonomi harus berjuang keras untuk mendorong inovator dan pengambil risiko usaha, yakni wirausaha. Menegakkan hak milik melalui kontrak, paten dan hak cipta, mendorong persaingan melalui perdagangan bebas, deregulasi dan undang-undang antitrust, dan mempromosikan iklim ekonomi yang sehat melalui inisiatif anti-inflasi, dan lainnya yang merupakan contoh kebijakan yang memberdayakan wirausaha.  Penghargaan terhadap para wirausaha berprestasi perlu diagendakan dan intensitasnya ditingkatkan, karena akan menumbuhkan perekonomian dan menjadi indikator keberhasilan bagi pembuat kebijakan, yaitu pemerintah.

Oleh kerena itu, pemahaman pembuat kebijakan terhadap pentingnya kewirausahaan bagi pertumbuhan ekonomi dapat diaktualisasikan melalui kebijakan-kebijakannya dalam program permodalan, target-target subsidi usaha kecil, dan penumbuhan usaha-usaha baru (Hall, 2006).  Dengan kata lain, pembuat kebijakan harus fokus pada kebijakan peningkatan produktivitas kewirausahaan supaya kinerjanya dinilai baik oleh publik.  Adam Smith mengatakan: “Little else is requisite to carry a state to the highest degree of opulence from the lowest barbarism, but peace, easy taxes, and a tolerable administration of justice; all the rest being brought about by the natural course of things” (Smith, 1998).

Penelitian  Wong (2005) yang menggunakan data cross-section, menunjukkan bahwa prevalensi tinggi pertumbuhan perusahaan baru hanya berpotensi menjelaskan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang diamati. Dengan demikian, memiliki bergelar tinggi dalam kewirausahaan atau memiliki prevalensi penciptaan usaha baru tidak menjamin meningkatkan kinerja ekonomi dan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.  Hal ini menunjukkan selain karena variabel penciptaan usaha baru merupakan variabel yang berbeda dengan inovasi teknologi, juga mengindikasikan bahwa tidak banyak wirausaha yang terlibat dalam pengembangan inovasi teknologi.  Ini berarti berbeda dengan model pertumbuhan neo-klasik yang memempatkan inovasi secara implisit sebagai proksi aktivitas kewirausahaan dalam setiap pembentukan perusahaan baru.  Namun demikian, diakui oleh Wong (2005) bahwa penelitiannya ini memiliki keterbatasan data dan menyarankan untuk menggunakan data time series karena kausalitasnya lebih menyakinkan serta masih ada masalah pada estimasi modelnya akibat dari spesifikasi variabelnya yang temporal.

Hall dan Sobel (2008) membuktikan bahwa perbedaan kualitas kelembagaan  ekonomi beberapa  negara mampu menjelaskan perbedaan aktivitas  kewirausahaan antar negara tersebut.  Melalui mekanisme kelembagaan, aktivitas kewirausahaan dapat ditransformasi ke dalam pertumbuhan ekonomi.  Walaupun kapital dan tenaga kerja wilayah dengan pendapatan rendah cenderung mengalir ke wilayah berpendapatan tinggi, namun tingkat inovasi tinggi dengan kelembagaan yang baik mampu mengganggu aliran kapital dan tenaga kerja tersebut.   Menurut teori pertumbuhan endogen, variabel tingkat produksi pengetahuan, belanja untuk penelitian dan pengembangan merupakan kunci dalam meningkatkan pendapatan.  Dan, peran kelembagaan penelitian dan pengembangan inilah yang kemudian diterjemahkan kedalam pertumbuhan ekonomi.  Oleh karena itu, pengakuan dan penguatan kelembagaan ekonomi merupakan langkah awal proses mempromosikan kewirausahaan  sekaligus sebagai akar dari sumber pertumbuhan ekonommi dan kemakmuran.

Analisis Leeson dan Boettke (2009) menyimpulkan bahwa justru ekonom yang kurang mempertimbangkan tingkat kewirausahaan dan di negara-negara berkembang cenderung mengabaikan dan salah dalam memahami hubungan aktivitas kewirausahaan dengan kinerja ekonomi.  Padahal, berinvestasi dibidang teknologi produktif yang merupakan inti produktivitas kewirausahaan akan menghasilkan tingkat pembangunan ekonomi yang impresif.  Analisis ini memberikan makna bagi para ekonom dan peneliti bidang ekonomi untuk lebih fokus dan mempertimbangkan variabel-variabel eksogen dari aktivitas kewirausahaan untuk menduga dampaknya pada varibel endogen pertumbuhan ekonomi.

Itulah sebabnya kewirausahaan adalah profesi yang berkaitan dengan proses penciptaan, pertumbuhan dan pengembangan yang harus terstruktur secara sistematis. Tujuannya adalah karakteristik dan tipe tokoh manusia yang harus berhasil dalam tugasnya membangun dan mengembangkan organisasi dan perusahaan mereka. Keberhasilan kewirausahaan adalah salah satu alasan utama mengapa nilai-nilai kewirausahaan, antusiasme dan semangat harus disebarkan ke berbagai profesi lain. Di Indonesia jumlah pengusaha masih jauh dari cukup untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang makmur. Jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit dibanding penduduknya sehingga upaya menambah wirausaha harus terus dilakukan. Ada empat faktor yang perlu diperhatian dalam pengembangan kewirausahaan ,yaitu: akses terhadap modal, peran inovasi, pelatihan kewirausahaan dan peran pemerintah dalam menciptakan iklim berusaha yang baik.



DAFTAR PUSTAKA


Acs,Zoltan J., dkk. 2010. Entrepreneurship, Economic Development and Institution. http://www.springerlink.com

Kasmir. 2007. Kewirausahaan. PT Raja Grafindo Perkasa: Jakarta

Leeson, P.T. dan P.J. Boettke. 2009.  Two-tiered entrepreneurship and economic development. International Review of Law and Economics, Elsevier, vol. 29(3), pages 252-259, September.

Schumpeter, J.A. 1934. In Theory of Economic Development: an Inquiry into Profits, Capital, Credit, Interest, and The Business Cycle. Oxford University Press, New York.

Wong, P.K., Y. Ho, and E. Autio.  2005.   Entrepreneurship, Innovation and Economic Growth: Evidence from GEM data,” Small Business Economics, Springer, vol. 24(3), pages 335-350, 01.