BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk menjadi seorang wirausaha yang
SUKSES dan KAYA itu bukan bakat, dan juga tidak harus keturunan. Tapi, Sukses
dan kaya itu mimpi atau visi. Mimpi yang menjadi kenyataan. Artinya, kalau kita
tidak berusaha sama sekali untuk menjadi kaya, misalnya dengan jalan
berwirausaha, maka mana mungkin kekayaan itu kita dapat.
Terlepas dari itu, tapi yang jelas, semua orang pasti punya mimpi. Setiap
kita menjalankan bisnis apapun, sebenarnya yang kita cari bukanlah semata-mata
uang atau ingin kaya. Tapi, karena adanya keinginan kita untuk mewujudkan mimpi
tersebut. Sebagai konsekuensi logis atas jerih payah kita adalah kita bisa
mendapatkan keuntungan atau uang, dan bisa juga aset kita yang semakin
bertambah. Hal itu seiring dengan kegigihan kita di dalam menjalankan bisnis.
Jika kita sebagai seorang entreprener atau wirausahawan, yang namanya
mimpi-mimpi bisnis tak akan ada habisnya. Seolah kita adalah sosok yang tak
akan pernah kehabisan mimpi. Apalagi, kita termasuk entreprener yang kreatif
dan inovatif. Bisnis yang satu maju pesat, bisnis yang lainnya ikut berkembang.
Sementara, bisnis yang lainnya lagi ikut bermunculan. Sehingga, tak terasa atau
bagaikan sebuah mimpi, ternyata bisnis kita semakin banyak. Aset yang kita
miliki juga semakin bertambah.
Kalau bisnis kita semakin maju, tentu akan ada percepatan dalam penambahan
aset. Bukan tak mungkin, kita akan semakin pintar memutar bisnis kita, bahkan
mampu mendatangkan dana dari luar yang nantinya juga akan menjadi aset kita,itu
semua berjalan seiring dengan mimpi atau visi kita sebagai entreprener.
Entrepreneur itu sosok yang seharusnya
tidak takut dengan mimpi.Apalagi mimpi itu tidak perlu biaya. Tetapi,
masalahnya adalah belum tentu semua orang punya keberanian bermimpi. Sehingga
tidak berlebihan kalau untuk bermimpi pun membutuhkan sebuaah keberanian.Hal ini bisa terjadi karena kita terkadang
masih terpaku pada mitos-mitos yang tengah mentradisi di kalangan masyarakat
luas. Misalnya, ada mitos yang mengatakan bahwa kalau kita mau sukses, kita
harus punya gelar sarjana. Padahal kenyataannya, cukup banyak orang yang sukses
tanpa menyandang gelar sarjana.
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk memberikan uraian dari penjelasan
makalah ini, maka diperlukan adanya perumusan masalah yang gunanya untuk
membatasi pembahasan agar tidak menyimpang jauh dari topik yang telah
ditentukan.
Dalam makalah ini telah dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana Mengubah
Pola Pikir untuk menjadi seorang wirasusaha?
2. Bagaimana Motivasi
Berprestasi bagi seorang wirausaha?
3. Apa saja Nilai
Hakiki Kewirausahaan?
4. Sikap dan Kepribadiaan
Kewirausahaan model proses kewirausahaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengubah Pola Pikir
Ada 4 karakteristik pebisnis dengan sikap piker wirausaha.
1. Rajin dan semangat
dalam mencari peluang baru.
2. Mengejar peluang
dengan disiplin ketat. Kegigihan wirausaha memang luar biasa. Tidak ada kata
tidak bisa dalam kamus wirausaha. Kemunduran atau kegagalan dalam bisnis tidak
membuat mereka putus asa dan berhenti.
3. Wirausahawan hanya
mengejar peluang paling baik dan hanya menghindari mengejar semua peluang
tidak pandang bulu. Wirausahawan sadar bahwa problem mereka bukanlah kekurangan
gagasan bisnis melainkan terlalu berlimpah gagasan. Dengan demikian, tidak
mungkin bagi mereka untuk mengejar semua peluang bagus. Prioritas adalah kata
kuncinyaWirausahawan berfokus pada tindakan secara adaptif. Mereka tidak
menunggu segala sesuatu sempurna sebelum memulai suatu bisnis. Lakukan dulu
dengan persiapan secukupnya, tak perlu mendekati sempurna. Dalam bertindak,
mereka selalu waspada.
dalam menghadapi situasi-situasi, dan fleksibel untuk menyesuaikan
tindakan mereka bila dirasa salah.
1. Wirausahawan
melibatkan dan memanfaatkan energi disekitar mereka didalam maupun diluar
organisasi mereka. Mereka sadar bahwa mereka bukan orang super segalanya.
Untuk sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi
bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa
depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut
Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan
tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa
menjadi lingkaran yang tidak berujung.
Dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:
1. Hidup di saat ini.
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita
cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda
menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang
belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.
2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut
terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif
tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus
mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda
katakan pada diri sendiri.
3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan
kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran
negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal,
seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk
mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda
petik.
4. Fokus pada hal-hal positif
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa
yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah
sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam
hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa
hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau
‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan
kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu
pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca
kembali jurnal tersebut.
5. Hadapi rasa takut
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin
banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan
sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan
untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.
Ada banyak sifat yang dirujukkan pada seorang wirausahawan, misal,
pemberani, pembuka jalan, pengambil resiko, bahkan serakah, rakus, dan
macam-macam lainnya. Manusia-manusia langka yang berani menghadapi resiko dan
berspekulasi dipandang sebagai pengusaha yang tega melakukan apa pun untuk
meraih kekayaan sehingga merusak kesehatan dirinya sendiri. Yang jelas, semua
image tersebut sudah seharusnya dibuang ke dalam keranjang sampah mistik dan
kesalahpahaman.
Ada tiga sifat dan hal yang dimiliki
oleh seorang wirausahawan sejati.Yaitu:
1. Visioner. Wirausahawan model lama biasanya suka melawan sesuatu. Karena,
mereka menginginkan kebebasan dan melakukan segala sesuatu menurut cara mereka
sendiri,serta percaya bahwa mereka bisa melakukannya jauh lebih baik ketimbang
orang lain. Tetapi, bagi seorang wirausahawan sejati, jiwa yang memberontak
hanyalah sebagian kecil saja. Bagaimana pun, seorang wirausahawan sejati lebih
merupakan seorang yang visioner.
2. Pencipta nasibnya sendiri. Wirausahawan tradisional menciptakan bisnis,
dan ini merupakan motivator terbesar mereka. Namun, ketika bisnis telah
diciptakan, kemana lagi mereka akan melangkah? Wirausahawan sejati bergerak
menuju nasib dan takdir mereka. Mereka mendapat inspirasi dari sesuatu yang
lebih luas daripada sekedar apa yang bisa mereka usahakan. Mereka pun menggali
kekuatan batin dalam mereka dan melangkah penuh percaya diri. Mereka bisa tetap
melangkah meski hambatan tampaknya mustahil dilalui.
3. Menarik perhatian. Semua wirausahawan mempunyai mimpi. Sebagian dari
mereka berkeinginan untuk mencapai tujuan yang jelas, sedangkan yang lain hanya
berkeinginan untuk menjadi seorang wirausahawan yang terkenal dan
pertama.Mereka mendorong ide dan bisnis untuk melakukan sesuatu yang mungkin
sulit dicapai orang lain.
Mereka tahu bahwa memenuhi kebutuhan
orang-orang lebih baik bagi klien dan rekan bisnis mereka. Dan, sebagai
akibatnya bisnis mereka pun tumbuh.Tak peduli
apakah anda sekarang ini adalah seorang wirausahawan atau sedang bermimpi
menjadi seorang wirausahawan, memahami bagaimana menjadi seorang wirausahawan
sejati tentu mempunyai banyak keuntungan bagi anda.
2.2 Motivasi Berprestasi
a. Definisi motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan
mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi
menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka
mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian
tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil
dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi
wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.
b. Model-Model Motivasi
·
Model motivasi kebutuhan-tujuan
Menurut Masykur (1996:204)
Model motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan
individu. Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang
diarahkan untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari
perilaku tujuan adalah untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara
teoritis, perilaku mendukung tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai
kebutuhan yang dirasakan telah sangat berkurang.
Contoh, seseorang mungkin merasakan kelaparan. Kebutuhan ini
ditransformasikan pertama kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung
pelaksanaan perilaku tujuan untuk makan. Contoh dari perilaku yang mendukung
termasuk juga aktivitas-aktivitas seperti membeli, memasak dan menyajikan
makanan untuk dimakan. Perilaku pendukung tujuan tersebut dan perilaku tujuan
makan itu sendiri akan berkelanjutan sampai individu merasakan kebutuhan
lapar menjadi berkurang. Sekali individu mengalami kebutuhan lapar kembali,
daur tersebut akan mulai kembali.
·
Model ekspektasi motivasi Vroom
Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Model
ekspektasi Vroom didasarkan pada premis bahwa keburuhan yang dirasakan
menyebabkan perilaku kemanusiaan. Akan tetapi, Disamping itu model ekspektasi
Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan
keinginan individu untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat
atu menurun, kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi.
·
Model motivasi Porter-Lawler
Portel dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang
menggambarkan uraian proses motivasi yang lebih lengkap disbanding model
kebutuhan-tujuan atau model ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini
konsisten dengan dua model sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa
(1) kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan (2)
usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai balas
jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa
balas jasa tersebut akan menjual nyata.
Disamping itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan tiga karakteristik
lain dari proses motivasi:
1. Nilai balas jasa yang
dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic dan ekstrinsik yang
menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas diselesaikan. Balas jasa
intrinsik berasal langsung dari pelaksanaan suatu tugas, sementara balas jasa
ekstrinsik tidak ada hubungannya dengan tugas itu sendiri.
2. Tingkatan dimana
individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas ditentukan oleh dua
variablel: (1) persepsi individu tentang apa yang diperlukan untuk mrlaksanakan
suatu tugas, dan (2) Kemampuan sesungguhnya daru individu untuk menjalankan
suatu tugas.
3. Keadilan balas jasa
yang dirasakan akan mempengaruhi jumlah kepuasan yang dihasilkan oleh balas
jasa tersebut. Pda umumnya, semakin adil balas jasa yang dirasakan oleh
individu, semakin besar kepuasan yang dirasakan sebagai hasil dari menerima
balas jasa tersebut
c. Motivasi prestasi McCLELLAND
Teori lain mengenai kebutuhan manusia dipusatakan kepada kebutuhan untuk
berprestasi. Teori ini yang terutama dipopulerkan oleh David McClelland
mendefinisikan kebutuhan berprestasi (need for achievement atau n Ach) sebagai
keinginan untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, atau dengan lebih
efisien dibandingkan yang telah dikerjakan sebelumnya. McClelland mengatakan
bahwa pada beberapa orang bisnis kebutuhan untuk berprestasi demikian kuat
sehingga ia lebih termotivasi dibandingkan upaya mencapai keuntungan. Untuk
memaksimumkan kepuasannya, individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi
cenderung menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri yang adalah merupakan
tantangan tetapi masih bisa dicapai. Walaupun individu-individu tersebut tidak
menghindari resiko sepenuhnya, mereka menilai resiko dengan sangat hati-hati.
Individu yang termotivasi keinginan berprestasi tidak ingin gagal dan akan
menghindari tugas-tugas yang melibatkan terlalu banyak resiko. Individu dengan
keinginan yang rendah untuk berprestasi umumnya menghindari tantangan, tanggung
jawab, dan risiko.
·
Memotivasi anggota-anggota organisasi
Orang-orang termotivasi atau menjalankan perilaku untuk memuaskan kebutuhan
pribadi mereka. Oleh karena itu dari sudut pandang manajerial, memotivasi
anggota organisasi adalah proses memberikan peluang pada mereka untuk memenuhi
kebutuhan mereka sebagai hasil menjalankan perilaku produktif organisasi.
·
Arti penting memotivasi anggota-anggota
organisasi
Kebutuhan dari anggota organisasi yang tidak terpenuhi akan menyebabkan
munculnya perilaku anggota organisasi yang tidak semestinya. Wirausahawan yang
berhasil didalam memotivasi oanggota organisasi akan meminimalisasi terjadinya
perilaku anggota organisai yang diinginkan. Motivasi anggota organisasi yang
berhasil adalah sangat penting bagi wirausahawan.
·
Strategi memotivasi anggota organisasi
Wirausahawan mempunyai berbagai strategi memotivasi anggota organisasi.
Tiap strategi tersebut ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan anggota
organisasai konsisten dengan yang diuraikan oleh hirarki kebutuhan Maslow, dan
motif berprestasi McClallend.
2.3 Nilai Hakiki Kewirausahaan
Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah
sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang Wirausahawan adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan
yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan
untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif
dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Intinya, seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa
Wirausaha dan mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya.
Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam
hidupnya. Secara epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya
adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif
yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat
dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat
berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan
rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada
sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang
baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang baru.
Dengan demikian, ada tiga hakekat pentingnya Kewirausahaan, yaitu:
• Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yangdijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, prosesdan
hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
• Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulaisebuah
usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
• Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu
yangbaru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalammemberikan
nilai lebih.
.
2.4 Sikap dan Kepribadian
Kewirausahaan Model Proses Kewirausahaan
Menurut Inkeles (1974:24), Kualitas modern tercermin pada orang yang
berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap,
nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan social. Ciri-cirinya meliputi
keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih
realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa
yang akan dating bukan masa lalu, berencana, percaya diri, dan memiliki aspirasi,
mempunyai keahlian, respek, hati-hati serta memahami produksi.
Ciri-ciri yang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Gunar Myrdal, yaitu;
(1) Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi
(2) Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional
(3) Mempunyai jangkauan dan pand ngan yang luas terhadap
berbagai masalah
(4) Berorientasi terhadap masa sekarang dan yang akan dating
(5) Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan
(6)
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986), pola tingkah laku
kewirausahaan diatas tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
(1) Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas,
disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan,
dan kemauan kuat.
(2) Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan
hubungan antarpersonal, kepemimpinan dan manajemen
(3) Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan
harga, periklanan dan promosi.
(4) Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan
tujuan, perencanaan, penjadwalan, serta pengaturan pribadi.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan
perilaku yang mendukung pada diri seorang wirausahawan. Sikap dan
Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh
seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif
merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar
wirausahawan tersebut dapat maju/sukses.
Daftar ciri-ciri dan sifat-sifat profil seorang wirausahawan:
Ciri-Ciri Watak
1. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988:33). Dalam praktik,
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai,
melakukan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab
itu,kepercayaan diri memiliki keyakinan,optimism,individualitas,dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung
memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (zimmerer,
1996:7)
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis, dan
banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efisien.
Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan,
kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
1. Berorientasi pada
Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba ketekunan
dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
1. Keberanian Mengambil
Resiko
Kemauan dan kemampuan mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama
dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambila resiko akan sukar
memulai atau berinisiatif. (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2), Wirausaha adalah orang
yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan
atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Dengan demikian,
keberanian untuk menanggung yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan
resiko tang penuh dengan perhitungan dan realistis. Wirausaha situasi, resiko
yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi resiko yang tinggi
karena ingin berhasil. Jadi, pengambilan resiko lebih menyukai tantangan dan
peluang. Oleh sebab itu, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang
inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku
kewirausahaan.
1. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang
pertama, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreatifitas dan
inovasi, Ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang duhasilkannya dengan
lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan
produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses
produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu
yang menambah nilai.
1. Berorientasi ke Masa
Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif
dan pandangan ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan
berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat rersiko yang mungkin
terjadi, Ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa
depan.
Pandangan yang jauh kedepan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa
dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang.
Disamping hal-hal tersebut diatas, bersadarkan pengalaman dan pendapat para
praktisi bisnis/wirausaha dapat disarikan pula sifat-sifat terpenting
wirausaha.
Sifat-sifat terpenting dari wirausahawan
dikenal dengan Ten-D :
1. Dream (mimpi) :
Memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut.
2. Decisiveness
(ketegasan) : Tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat.
3. Dors (pelaku) :
Melaksanakan secepat mungkin.
4. Determination
(ketetapan hati) : Komitmen total, pantang menyerah.
5. Dedication (dedication)
: Berdedikasi total, tak kenal lelah.
6. Devotion (kesetiaan) :
Mencintai apa yang dikerjakan.
Sifat-sifat penting lain dari Seorang
Wirausahawan :
1. Memiliki visi masa
depan dan kemampuan mencapai visi tersebut
2. Percaya diri
3. Memiliki Ketrampilan
4. Berkarya, kreatif dan
innovatif
5. Mencintai apa yang
dikerjakan
2.5 Apa saja yang harus dimiliki oleh
wirausahawan
A. Visi dan Mimpi Mutlak Bagi Wirausahawan
Kalau entrepreneur berani memiliki visi,
maka akan lebih dapat menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya.
Sehingga nantinya akan lebih mampu meningkatkan kemampuan kerja dan kualitas
hidup kita. “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan
menjadi kenyataan”Presiden RI pertama, Ir. Soekamo, pernah bilang, “Gantungkan
cita-citamu setinggi langit.” Visi itu memang bisa mensugesti orang. Dan, semua
langkah kita akan kita arahkan kesana. Apalagi entrepreneur ini biasanya
seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu
akan dapat mempengaruhi para pengikut yangdipimpinnya.Anda “juru
penerang”, mengusir gelapnya pikiran orang lain yang Anda pimpin. Ini prinsip
kepemimpinan. Wirausahawan yang memiliki visi, adalah penerangan bagi para
bawahannya, anggota “tim sukses”nya dalam bisnis.
Wirausahawan dengan visi besar,
merangsang terbangunnya atmosfir bisnis penuh kreativitas dan inovasi. Bahkan
orang meyakini, jiwa wirausahawan itu, dekat sekali dengan dunia pengkhayal.
Apa susahnya, berkhayal? Berkhayal adalah aktivitas yang “murah”. Bagaimaan
tidak, karena berkhayal tidak memerlukan fasilitas khusus, apalagi ongkos.
Sekarang juga, Anda pun bisa berkhayal. Tentu saja, khayalan seorang
wirausahawan, bukan sembarang berkhayal. Bahkan, di zaman susah, dengan
tumpukan persoalan hidup yang harus dipikul, bisa membuat orang pun tidak
berani berhkayal. Anda akan tercenung, kalau kami katakan, “Berkhayal pun,
perlu keberanian!”Mengapa? Khayalan yang memicu keberhasilan, atau minimal,
keberanian berbuat dan berkreativitas, dihambat pandangan lama yang cuku
berurat-akar dalam benak kita, bahwa orang sukses harus ditopang
pendidikan dan gelar formal. Sebetulnya, keyakinan ini bisa dipatahkan dengan
mudah. Misalnya, hadirkan saja, beberapa nama orang sukses yang lulus SMA pun,
tidak. Sejumlah wirausahawan, memulai dari khayalan. Dan ia mulai kembangkan
khayalannya, dari nol sampai akhirnya terwujud.Bill Gates
mengimpikan, personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk
merealisasikan mimpinya, ia drop out dari studinya, memilih menekuni
Microsoft-nya.
Tak bergantung pada keluarga, berarti mulai melangkah menjadi dewasa. Di
rantau, apalagi di lingkungan yang tak tahu siapa kita sebelumnya, Anda bisa
menjadi pribadi yang baru. Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan
kita apa kelebihan dan kekurangan kita karena kita dihadapkan pada
kenyataan-kenyataan baru. Merantau, membuat seseorang relatif tangguh, karena
diterjunkan dalam situasi serba baru. Perantau, umumnya segan minta tolong. Di
situlah, kemauan menjadi lebih termotivasi. Perantau, rata-rata enggan berutang
budi. Justru, karena ia orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa
untuk banyak orang. “Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah kebaikan.
Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur,
menjadi pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah
merantau, temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik menangkap
peluang Berani Gagal Hanya orang yaug berani gagal total, akan meraih
keberhasilan total.
Pertama,kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah.
Kedua,setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di
masyarakat sekitar kita. Ketiga,biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka
memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk
Keempat,kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau tahu dari mana kita
harus memulai kembali suatu usaha.
Seorang wirausahawan, adalah yang selalu
“melek” dan “buka telinga” terhadap setiap peluang. Sukses wirausahawan, bukan
sekadar “rezeki dari langit”, tapi juga kejelian membaca/menangkap peluang. Dan
ini memerlukan stamina usaha yang tinggi. Jangan ketakutan lebih dulu,
seakan-akan wirausahawan itu orang yang tidak pernah beristirahat. Tidak!
Secara fisik, istirahat perlu, tapi sebagai wirausahawan, pikiran “tetap jalan”
dalam arti, keseharian kita dibiasakan terus memikirkan, kebaikan-kebaikan apa
yang bisa dibangun berdasarkan peluang yang kita hadapi setiap saat.Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan
dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah.
Sukses berarti hanya hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti
kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan
maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti
memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.
B. P.R.A.C.T.I.C.E.S (TINDAKAN)yang Tepat dan Kepemimpinan Kewirausahaan
Kebiasaan kita adalah untuk menanik din kepada kenyamanan di dalam
kepompong, sesuatu yang kita percayai lebih aman, di mana kita dapat bersantai
sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan mendapatkan sesuatu tanpa tenlalu
memildrkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan semacam ini harus digantikan
dengan memahami pninsip-pninsip yang akan memastikan bahwa kita dapat mencapai
tujuan kita dan berlatih dengan disiplin sampai kita bisa melakukannya.
C. ORANG-ORANG (People) yang Tepat
Anda harus menyukai orang-orang yang
akan bekerja bersama Anda. Semakin Anda mengenal seseorang, semakin mungkin
mereka menjadi lebih baik.. Namun realitasnya sungguh berbeda. Pemimpin
wirausaha seharusnya hanya merekrut orang-orang yang memiliki chemistry yang
cocok dengan mereka.Karena bersikap obyektif akan berakibat pada menemukan
orang yang salah, Anda harus bersikap subjektif. Kita akan selalu peka secara
intuitif terhadap orang lain; sepenti halnya terhadap sifat dan kemampuan
mereka, namun kepekaan semacam ini sering kali tidak terdeteksi dalam proses
seleksi yang formal.Akan cukup membantu untuk
menerima bahwa dalam mengidentifikasi orang yang tepat terdapat tiga kategori
yang dapat digunakan untuk mengelompokkan mereka. Apakah mereka orang yang
bekerja melawan Anda, untuk Anda, atau dengan Anda. Demi kejelasan, jika orang
bekerja melawan Anda, maka kemudian mereka sebaiknya tidak bekerja untuk Anda.
Hanya ada satu pilihan yaitu menyingkirkan mereka. Sering terjadi klien tidak
menyingkirkan koleganya dalam tindak nasionalisasi sebelum benar-benar
terpaksa, yaitu setelah masalahnya menjadi terlalu besan dan organisasinya
demikian menderita. Tanpa melihat situasinya, Anda akan tahu ketika orang lain
bekerja tidak sesuai dengan keinginan Anda dan saya tidak bicara tentang
politik atau pengumpulan nilai. Ketika perubahan diusulkan, contohnya, muncul
karena dalam agenda tensembunyi tendapat penbedaan antara kritik membangun dan
taktik gerilya.
D. PERAN (Role) yang Tepat
Orang yang tepat pada peran yang tepat, hingga dapat dipastikan bahwa
sikapnya terhadap bagaimana ia menampilkan perannya akan tetap tepat. Selalu
mantapkan peran Anda, pahami apa yang diharapkan dan Anda namun jangan batasi
diri sendiri dengan harapan-harapan
E. SIKAP (Attitude) yang Tepat
Kepemimpinan kewirausahaan mencakup penanaman kepercayaan diri untuk
berpikir, bertingkah laku dan bertindak dengan keberanian mengambil risiko
dalam rangka merealisasikan sepenuhnya tujuan yang digariskan oleh organisasi
untuk pertumbuhan yang menguntungkan bagi semua penanam modal yang terlibat.
F. KERJA TIM (Teamwork) yang Tepat
Menemukan orang-orang yang tepat, menjelaskan penan mereka, menampilkannya
dengan sikap yang tepat dan mengkomunikasikan pesan yang tepat. Dengan tim
semacam itu mampu mengembangkan inovasi tepat yang mampu menarik
pelanggan dan memastikan reputasi baik.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Dengan memperhatikan kondisi bangsa Indonesia saat ini (seperti
banyaknya tenaga kerja, lapangan kerja yang sangat terbatas, rendahnya
produktivitas, masih belum optimalnya penggunaan sumber daya alam serta
ketidakstabilan ekonomi), maka peluang untuk meningkatkan produktivitas bangsa
melalui pengembangan kewirausahaan sangat diperlukan dan masih terbuka lebar.
2. Disamping public policy serta fasilitas yang disediakan, maka kondisi,
ketersediaan serta kesiapan sumber daya di masyarakat sendiri akhirnya turut
menentukan ruang lingkup, intensitas dan profil perilaku kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan yang relevan dan memenuhi persyaratan mengenai
kurikulum, silabus, sistem delivery, instruktur, peserta, metode instruksional,
sistem penilaian, proses dan hasil pendidikannya itu memang potensial dalam
melahirkan pewirausaha masa depan yang prospektif.
3. Bahwa public policy dari pemerintah RI tidak boleh bersifat
diskriminatif atas dasar apapun. Semua kelompok dan golongan dalam masyarakat
secara yuridis formal mempunyai hak yang sama, maka sekarang tergantung pada
tiap individu atau tiap kelompok dan golongan, siapa orang-orang yang secara
prinsipil akan mencari dan menumbuhkan peluang bisnis. Apabila hal ini berjalan
fair, maka prospek masa depan kewirausahaan Indonesia akan lebih baik dari
keadaan sekarang.
4. Pengembangan kewirausahaan saat ini sangat dibutuhkan dalam rangka
memperluas kesempatan kerja serta mempersiapkan keunggulan bersaing bangsa Indonesia
pada era pasar global. Oleh karena itu perlu dibentuk inkubator bisnis pada
setiap perguruan tinggi yang berfungsi untuk mengadopsi pengembangan
kewirausahaan ke dalam proses belajar dan mengajar.
5. Perlu dikembangkan tim kerja, komitmen pimpinan, sinergi antar lembaga,
baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Bachruddin, Zaenal, Mudrajad Kuncoro,
Budi Prasetyo Widyobroto, Tridjoko Wismu Murti, Zuprizal, Ismoyo. 1996. Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan
Usaha Kecil. LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi & PPK,
Yogyakarta.
Dwi, Benedicta Prihatin. 2003. Kewirausahaan: Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Grasindo
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses,
Ed III. Jakarta: Salemba Empat
Soetrisno, Loekman. 1995. “Membangun Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan: Suatu Tinjauan
Sosiologis“, makalah dalam Diskusi Ekonomi Kerakyatan, Hotel
Radisson, Yogyakarta, 5 agustus.
Wiratmo, Masykur. 1996. Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis,
Ed I. Yogyakarta: BPFE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar