April 17, 2020

5 output design thinking

      ERLIN SETYOWATI
      41819010048                                                 


                                                               DESIGN THINKING

  
                                    

1.    Emphatize, Tahap pertama ialah untuk mendaptkan pemahaman empatik dari masalah yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini dilakukan pendekatan terhadap customer kita. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh mereka. Hal ini dapat dilakukan terjun langsung ke lapangan bertemu dengan mereka melakukan wawancara dan dapat juga bertindak seolah menjadi mereka. Agar permasalahan customer yang benar-benar ingin diselesaikan dapat berjalan dengan lancar.
2.    Define, Informasi yang telah dikumpulkan selama tahap Empathize, dianalisis dan disintensis untuk menentukan masalah inti yang akan diidentifikasi. Tahap define ini akan sangat membantu untuk menyelesaikan masalah customer karena telah dilakukan penetapan masalah.
3.    Ideat,Tahap ini merupakan tahap untuk menghasilkan ide. Semua ide-ide akan ditampung   guna penyelesain masalah yang telah ditetapkan pada tahap define. Penting untuk mendapatkan ide sebanyak mungkin atau solusi masalah di awal fase ide. Untuk tahap akhir ialah penyelidikan dan pengujian ide-ide tadi untuk menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah atau menyediakan elemen yang diperlukan untuk menghindari masalah-masalah yang nantinya terjadi.
4.    Prototyp Pada tahap ini akan dihasilkan sejumlah versi produk yang murah dan diperkecil, atau fitur khusus yang ditemukan dalam produk, sehingga dapat menyelidiki solusi masalah yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Prototype ini dapat diuji dalam tim sendiri, atau ke beberapa orang lain. Ketika ada masukan maka dilakukan pebaikan lagi pada prototype ini, sehingga dihasilkan prototype yang benar-benar bagus.
5.    Test,Dilakukannya pengujian dan evaluasi terhadap produk kepada masyarakat dan hasilnya akan dilakukan perubahan dan penyempurnaan untuk menyingkirkan solusi masalah dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang produk dan penggunanya.


Untuk mengatasi hal tersebut, kami mengurasi lima metode yang kami highlight untuk melakukan pengembangan produk digital sesuai dengan fase pengembangannya, kelima metode tersebut adalah:

1. Co-Creation

Co-Creation adalah sesi workshop singkat yang melibatkan berbagai stakeholder untuk mencoba melakukan proses ideasi bersama. Proses ini memanfaatkan perbedaan sudut pandang yang saling melengkapi. Dalam sesi ini pengguna, product owner, designer, tim developer dan stakeholder lainnya dipertemukan untuk melakukan proses diskusi kreatif guna menjawab hal-hal mendasar terkait produk Anda, seperti; Apa fokus masalah yang ingin kita jawab? Seperti apa segmen pengguna yang kita sasar? Bagaimana konsep dasar solusi yang ingin kita tawarkan? Fitur-fitur apa saja yang harus ada dalam sistem yang kita bangun?
Melalui workshop ini, peserta tidak hanya melakukan diskusi verbal namun juga melakukan proses dialog interaktif melalui proses pembuatan prototype.
Fase: Design Thinking, Ideation, Defining, Prototyping
Partisipan: End User, Stakeholder & Design Team
Kebutuhan: Sticky Notes, Paper, Pen

Output yang dihasilkan dari metode ini adalah:
  • Problem Definition

2. In-Depth Interview

Memahami kebutuhan pengguna merupakan bagian terpenting dari pengembangan produk. Produk yang baik adalah yang datang dari wawasan mendalam. Untuk mendapatkan wawasan tersebut maka dilakukanlah proses dialog dengan pengguna secara langsung. In-Depth Interview adalah metode riset kualitatif wawancara dengan melibatkan reponden dari spektrum ekstrim yang berbeda untuk memberikan insight yang komprehensif. Workshop extreme lense dilakukan untuk mendapatkan segmentasi responden yang tepat sesuai dengan objektif yang diharapkan.
Fase Design Thinking: Empathizing
Partisipan: End User & Researcher
Kebutuhan: Buku catatan, alat menulis dan kamera

Output yang dihasilkan dari metode ini adalah:
  • Customer Insights

3. Design Sprint

Design Sprint adalah proses pembuatan desain dalam bentuk medium fidelity prototype yang berlangsung selama 5–10 hari kerja. Bentuk yang termasuk ke dalam medium fidelity prototype biasanya adalah desain user interface dan mock-up interaktif yang menggunakan software desain dalam pembuatannya. Design Sprint dapat membantu menajamkan user experience design dari software tersebut sebelum terjun ke fase pengembangan berikutnya (coding)
Fase Design Thinking: Prototyping, Testing.

Output yang dihasilkan dari metode ini adalah:
  • UI & UX Design

4. Usability Testing

Usability testing adalah suatu proses pengujian oleh pengguna yang bertujuan untuk menghasilkan data yang dapat dijadikan bukti bahwa produk yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh penggunanya. Pengujian ini akan membantu memvalidasi asumsi desain serta memastikan bahwa produk telah didesain sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Fase Design Thinking: Testing.

Output yang dihasilkan dari metode ini adalah:
  • UI & UX Design Audit/Validation

5. Scrum Sprint

Scrum sprint adalah metode pengembangan software, dilakukan secara iteratif dan terus menerus, umumnya dilakukan sekitar 2 minggu setiap iterasinya. Sprint scrum diawali dengan rapat perencanaan sprint, yaitu dengan menetapkan dan mengidentifikasi serta perkiraan komitmen tujuan sprint yang dibuat. Kemudian pemilik dan tim produk memutuskan apa saja yang akan dikerjakan dalam satu sprint, untuk kemudian selama 2 minggu tersebut tim akan fokus menyelesaikan fitur-fitur yang sudah ditetapkan dalam sprint backlog. Scrum sprint mengakomodir perubahan desain ataupun fitur, namun tetap dalam koridor prioritas yang perlu diputuskan bersama antara klien dan product owner.
Fase Design Thinking: Prototyping

Output yang dihasilkan dari metode ini adalah:


Functional Software (High Fidelity Prototype)






 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar