April 28, 2014

Pemilu Datang Percetakan Pun Senang

308-Saputra Ardi Prabowo

Disini saya akan mengambil sebuah topik bisnis yaitu tentang bisnis percetakan. Kenapa saya mengambil topik tentang bisnis percetakan, karena bisnis ini sangat pesat perkembangan nya dan juga sangat menjanjikan apalagi pada saat pemilu legislatif yang sudah berlangsung kemarin dan pemilu presiden yang akan datang dimana para calon-calon wakil rakyat mencoba merebut hati para masyarakat dan mempromosikan diri mereka dengan berbagai cara mereka masing-masing.
Banyak yang membuat selebaran, banner, baliho, kaos dan juga spanduk-spanduk mereka yang menghiasi jalan-jalan di pinggiran kota dengan berisikan foto dan juga visi misi mereka sebagai calon-calon wakil rakyat yang menurut mereka itu adalah cara yang paling ampuh untuk mengenalkan siapa mereka dan juga visi misi nya untuk pantas dipilih sebagai calon wakil rakyat.

Disini lah peluang para pengusaha percetakan untuk bisa menawarkan jasa mereka kepada calon-calon wakil rakyat yang ingin melakukan kampanye dengan menggunakan jasa mereka dengan menawarkan harga yang bisa bersaing dengan kualitas yang baik, Pada prakteknya, Bisnis Percetakan mencakup area bisnis yang cukup luas aspeknya, seperti: Graphic Design, Sablon Digital, Screen Printing alias Sablon Manual, Digital Printing, Media Cetak, Printing Chemical, Garment (Textile), dll. Oleh karena itu, Bisnis Percetakan tidak akan pernah mati, hanya mungkin sesekali "jalan ditempat" pada keadaan tertentu saja. Sepanjang umat manusia masih ada, disitulah terbuka lebar peluang usaha percetakan dan segala cara bisnis percetakan yang menyertainya.

Jarang terjadi, bisnis usaha percetakan bangkrut karena kekurangan order cetak. Kalau ini sampai terjadi, berarti sang pengelola bisnis percetakan tersebut mungkin saja mismanagement dalam penerapan cara bisnis-nya, tidak ada customer's satisfaction-nya, strategi marketing yang tidak tepat, tidak uptodate pada teknologi dan informasi, dsb...
Jenis usaha percetakan sudah ada di Indonesia sejak Belanda memerkenalkan percetakan di Hindia Belanda dengan membeli sebuah mesin cetak dari Belanda untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah. Tapi mesin cetak itu menganggur, karena tak ada tenaga operator untuk menjalankannya. Baru pada tahun 1659 (35 tahun kemudian), Kornelis Pijl memrakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis almanak, atau “buku waktu”. Selepas tahun 1949, para penerbit pribumi mengeluhkan bahwa di Jakarta hanya terdapat dua percetakan yang dimiliki orang Indonesia asli, selebihnya milik warga Belanda. Tahun 1950, terjadi perubahan drastis. Jumlah percetakan milik pribumi di ibukota meningkat menjadi 23, beda 1 angka di belakang Belanda (yang memiliki 24 percetakan), sementara warga Tionghoa memiliki nyaris 4 kali lipat (86 percetakan). Sehabis itu, jumlah percetakan di Indonesia terus meningkat hingga kini.
Nah itu tadi sekilas tentang sejarah perkembangan bisnis percetakan di Indonesia yang terus berkembang dengan pesat sampai saat ini, bisnis percetakan tentunya bukan bisnis yang bisa dipandang sebelah mata untuk saat ini karena kebutuhan manusia yang terus meningkat dan ditunjang dengan semakin  majunya teknologi pendukung dari bisnis percetakan ini sehingga memudahkan siapapun untuk bisa membuka bisnis yang sangat menjanjikan ini. Jadi ayo sudah siapkah anda untuk memulai bisnis ini ?

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar