September 07, 2014

Waroeng Steak & Shake ( Tugas Artikel Bisnis )

B01-Timmy Christian

Dalam hidup, tentunya akan selalu memberi kita pilihan dan kesempatan. Kita tidak bisa memiliki semua hal, yang bisa kita lakukan adalah memilih dan berjuang sebaik mungkin, dan tentunya untuk setiap pilihan, ada "harga" yang harus dibayar, dan ada pengorbanan yang harus dilakukan. Terkadang yang kita lakukan seakan sia-sia karna suatu kegagalan, tapi selama kita masih mempunyai harapan, maka itu tidak akan sia-sia dan kita akan menuai hasilnya dengan gembira.


Kegagalan, pilihan yang ia buat tentunya memerlukan pengorbanan dan semangat untuk kembali bangkit, karena dia telah memutuskan untuk fokus berwirausaha. Tentunya tak sekedar modal nekat, Jody memang mempunyai bakat usaha sejak lulus SMA dengan mencoba berbagai macam usaha, mulai dari bisnis parsel, susu segar, roti bakar, hingga kaos partai. Tak selalu mulus memang, terkadang pil pahit berupa kerugian memang tak bisa dia hindari, namun dengan kegigihan yang ia pertahankan, ia akhirnya dapat membuktikan bahwa perjuangannya tidak sia-sia dan pilihan yang ia putuskan akhirnya berbuah manis.



Bermodalkan penjualan motor satu-satunya yang ia miliki, ia mencoba membuka usaha Waroeng Steak & Shake. Modal 8 juta rupiah yang digunakan olehnya pada tahun 2000 lalu menghasilkan usaha Waroeng Steak & Shake dengan dua karyawan. Meski hanya dengan dua karyawan, dirinya dan istrinya, yang mengelola Waroeng Steak & Shake tersebut, namun dengan doa dan kerja keras,Waroeng Steak & Shake (WS) ini mampu berkembang pesat hingga saat ini, tepatnya tahun 2014 ini. Saat ini pula, pemilik WS ini sudah memiliki 1300 karyawan yang mengelola usaha kuliner tersebut. WS terkenal karna harganya yang sangat terjangkau, sesuai targetnya yaitu mahasiswa dan pelajar. Hanya dengan merogoh kocek Rp 8.000 hingga Rp 13.000, aneka macam steak di WS ini dapat dinikmati dengan cita rasa yang tak kalah enak dengan steak yang ada di hotel berbintang. 


Jody memilih nama Waroeng sebagai brand usaha kulinernya untuk memberi kesan murah kepada konsumen. “Dimana-mana yang namanya steak itu kan identik dengan label mahal, makanya saya memberi nama Waroeng untuk memberi kesan murah.” Kata Jody. Mengingat pangsa pasarnya yang mencakup anak muda dan mahasiswa, maka warna yang digunakannya pun dibuat ngejreng dengan kombinasi warna kuning yang dominan dipadu warna putih dan hitam.

Tahun pertama merupakan perjuangan bagi Jody. Dengan lima meja, sepuluh hot plate dan tiga menu utama ( Sirloin, Tenderloin, dan Chicken Steak ) yang disediakan Waroeng Steak, tak jarang hari-hari dilalui Jody tanpa pengunjung. Kalaupun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, masa awal ini lebih banyak dukanya dibandingkan sukanya, Namun usaha ini akhirnya tetap berjalan dengan modal kerja keras.

Tahun kedua, usahanya mulai menampakkan hasil. Pengunjungnya semakin stabil, bahkan sampai-sampai tidak mampu melayani seluruh pengunjung. Maka ia pun mengajak keluarganya untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari ayah, ibu, saudara, paman dan keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan sistem bagi hasil 50:50. Semakin hari usaha ini berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem bagi hasil. Barulah pada gerai ke-8 dan seterusnya, Jody mampu mendanai sendiri gerainya tanpa harus menerapkan pola franchise. 

Tentunya usaha WS ini akhirnya dapat berkembang, salah satunya karna kerendahan hati Jody yang bersedia mendengar masukan dari konsumen yang membuatnya dapat menyesuaikan produk sesuai apa yang digandrungi oleh konsumen, walaupun tentunya harus mengalami perbaikan-perbaikan yang mungkin tidak semudah membalikan telapak tangan. Usaha keras dan pilihan yang terbukti tidak mengecewakan, sekarang ini Jody dapat meraup omset hingga miliran rupiah per bulan dari usaha WS ini, tentunya juga dengan berdoa dan juga bantuan orang-orang terdekat. Semoga kita dapat mengambil hal positif dari pengalaman owner WS ini, berdoa dan bekerja keras dengan kerendahan hati dan memberanikan diri sesuai kapasitas yang kita miliki. Sekalipun perjalanannya terasa berat, namun hasil yang diperoleh boleh menjadi inspirasi untuk banyak orang.
Seperti yang dialami oleh Bapak Jody Brotosuseno, pemilik 50 gerai outlet "Waroeng Steak and Shake", yang gagal dalam masa kuliahnya di Jurusan Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, pada semester delapan.

Referensi :
1. http://inspirasisuksesmulia.blogspot.com/2013/01/kisah-pengusaha-sukses-di-bidang.html
2. http://www.digitalpromosi.com/smart/kisah-sukses/1963-kisah-jody-broto-suseno-pemilik-waroeng-steak-n-shake
3. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/08/08323684/Gagal.Jadi.Arsitek..Sukses.Berbisnis.Steik
4. http://unires.umy.ac.id/sukses-ala-pengusaha-waroeng-steak-shake/
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Jody_Brotosuseno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar