Juni 24, 2016

Kisah sukses pengusaha di Indonesia

Ada banyak pengusaha muda yang lahir di Indonesia namun pada artikel ini saya akan memberi 3 diantaranya yang berasal dari program tv Kick Andy mengenai Para Pengusaha Sukses Muda.


  • ·       Theresia Deka Putri
Sebagai pemula bisnis saat itu, Theresia Deka Putri terbilang tak main-main, karena ia merogoh kocek hingga Rp. 200 juta. Namun modal itu membuahkan hasil yang menggembirakan, jauh lebih besar dari modal awalnya. Benar, Semangat yang dimiliki Theresia Deka Putri luar biasa, ia menaruh kepercayaan pada kopi luwak yang akan memiliki peluang sukses kala itu.
Sebagai pembisnis muda yang menjadi panutan banyak orang, ia memulai bisnisnya dari nol. Sebelum membangun bisnis sendiri, Theresia bekerja sebagai tenaga pemasaran teh dan kopi eceran. Dan pada tahun 2007 ia merealisasikan tekadnya untuk berbisnis di bidang kopi, khususnya kopi luwak.
Saat itu, ia menaruh harap pada target pasar yang ia kejar yaitu para calon pembeli yang memiliki kantong tebal dan doyan kopi premium.
Awalnya, Theresia Deka Putri mengkaji berbagai hal tentang kopi luwak; kemudian ia pelajari dan juga praktik langsung setelahnya. Theresia Deka Putri memulai usahanya melalui CV. Karya Semesta. Dan hingga saat ini perusahaanya telah memproduksi 3 merek kopi. Saat itu tahun 2008, theresia dan timnya membuat usaha pengolahan kopi sederhana. Sangat sederhana, bahkan proses penggilingannya saat itu dipercayakan pada tempat-tempat yang menawarkan jasa penggilingan.
Pernah sekali waktu Theresia berfikir untuk memproduksi kopi sendiri, dan melepas supplyer-nya. Dia memiliki keinginan untuk punya kebun sendiri. Keinginan memiliki luwak sendiri juga ada. Dan kenyataanpun akhirnya mengantarkan Theresia Deka Putri untuk memiliki kebun sendiri.
Kebun tersebut selebar empat hektar. Namun karena kebutuhan semakin meningkat, Theresia tak jadi melepaskan supplyer-nya. Theresia juga mengembangkan kemitraan dengan beberapa petani kopi di Bondowoso serta Malang. Selain karena kebutuhan permintaan kopi semakin meningkat, ia tetap menjual produk dari supliyer sebagai upaya untuk memberikan variasi produk pada konsumen.
Theresia pernah kuliah di jurusan Manajemen, tak heran jika manajemen pengelolaan bisnisnya begitu apik dan matang. Tak butuh waktu lama, hanya selang beberapa tahun setelah memproduksi serta menjual produk kopi luwak sendiri, Theresia berhasil mendapatkan omset Rp. 1 miliar pertamanya pada tahun 2011. Dan 2013 lalu, ia mampu memenuhi 90% omzet Rp 1,6 miliar yang tengah dipatoknya.
Sebagai seorang pengusaha UMKM, Theresia dikategorikan sangat sukses di bidangnya. Salah satu kunci keberhasilan usahanya adalah segementasi ketiga produk miliknya. Kopi Gajah Hitam lebih disenangi oleh kalangan menengah bawah alias dari warung ke warung. Sedangkan merek lainnya, Kopi Luwak Lanang juga Kopi Luwak Landep menjadi produk kopi andalan, segmentasinya didasarkan pada penikmat kopi menengah atas. Bahkan, Kopi Luwak Lanang selalu habis dipesan orang dari luar negeri.
Luwak Lanang sejatinya adalah produk premium yang berasal dari fermentasi biji kopi yang dihasilkan oleh luwak jantan. Karena luwak jantan dapat mengeluarkan enzim jauh lebih kuat dari betinanya, maka aroma yang keluar adalah aroma khas.
Demikian juga dengan Lanang Landep, kekhasan kopi ini adalah penggunaan biji-biji kopi tunggal atau biji kopi lanang yang dikenal juga dengan pearl berry. Biji-biji kopi itu kemudian disortir secara selektif. Kopi Luwak Lanang tersebut dapat menghabiskan 1,6 ton biji kopi untuk diproduksi. Semakin hari permintaanpun semakin bertambah, bahkan setiap bulan, ia bisa memproduksi berton-ton biji kopi untuk dikemas sendiri. Sedangkan untuk produk andalan Luwak Lanang bisa dihasilkan sebanyak 1,6 ton biji kopi per harinya.
Theresia melakoni berbagai strategi untuk menyukseskan bisnis kopinya, iapun sering mengikuti pameran-pameran. Bahkan ia berinovasi dengan membuat minuman the, dan bahkan ia telah memiliki merek tersendiri untuk the herbal ini. Selain itu, dia juga menciptakan kemasan yang semenarik mungkin untuk memikat pelanggan. Bahkan ia telah memiliki alat-alat untuk membuat kemasan sendiri.
Ia percaya bahwa relasi yang kuat dapat diandalkan untuk memastikan kekuatan mereknya. Hingga kini, merek dagang kopinya bisa ditemukan di Jakarta, Bali, dan Makasar sebagai pasar lokal. Sedangkan pasar luar negeri, merek dagang kopinya sudah masuk ke Taiwan, Korea Selatan, China, Jepang, Thailand, Malaysia hingga Polandia dan juga Inggris. Sedemikian suksesnya hingga Theresia Deka Putri Pengusaha Sukses di Bidang Kopi mendapatkan penghargaan dari Kementrian Koperasi Usaha Kecil Menengah (UMKM).

·       Nicholas Kurniawan
Usianya baru 21 tahun, tetapi bisa membayar biaya kuliah dan membeli mobil sendiri. Itulah Nicholas Kurniawan, anak muda pengusaha ikan hias yang saat ini masih duduk di semester 7 STIE Prasetiya Mulya.
Kalau menelusuri kisah hidupnya, mungkin akan terkesan sedikit ‘drama’. Nicholas sejak kecil mengamati bahwa keterbatasan finansial kerap menjadi sumber masalah di keluarganya. Orangtuanya dengan penghasilan terbatas berusaha keras membiayai sekolah Nicholas dan saudaranya. Situasi itu memaksanya berjualan sejak kelas 2 SD.
Turning point hidup Nicho terjadi saat ia berusia 17 tahun, ketika duduk di kelas 2 SMA Kolese Kanisius. Seorang teman memberi Nicho sepaket ikan Garra Rufa yang biasa bermanfaat untuk terapi. Karena merasa tidak membutuhkan ikan tersebut, Nicho mencoba menjualnya di Forum Jual-Beli Kaskus. Saat itu ia belum familiar dengan kegiatan jual-beli online. Tanpa disangka, dalam waktu singkat banyak yang berminat membeli. Kejadian itulah yang bagi Nicho bagaikan “musim semi setelah musim dingin yang panjang”.
Nicho pun mempelajari seluk-beluk ikan Garra Rufa, dan mulai menghasilkan 2-3 juta rupiah setiap bulan, sebelum kemudian mulai menjual berbagai jenis ikan hias. Awalnya, karena keterbatasan modal, Nicho hanya menjadi perantara. Lama-kelamaan, ia mulai menjual produk ikan hias sendiri, berbekal tiga buah ponsel Blackberry untuk membangun hubungan dengan customer-nya. Dari ilmu yang ia dapatkan di perkuliahan, ia juga mengembangkan bisnisnya yang semula hanya “berdagang” menjadi sebuah brand bernama Venus Aquatics.
Kita seringkali mendengar kisah pedagang sukses yang merasa perlu mengenyam pendidikan. Nicho punya pandangan sendiri mengenai ini. Walaupun Venus Aquatics telah memberikannya omset lebih ratusan juta rupiah per bulan, ia merasa harus lebih banyak mendalami konsep-konsep bisnis untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi. Bersama teman-temannya di kampus, Nicho sedang sibuk mengembangkan Synergy Entrepreneur Academy, suatu inisiasi yang memberikan workshop start-up business bagi siswa SMA. Ia juga merupakan salah satu inisiator Prasetiya Mulya Property Club, kegiatan mahasiswa yang mempelajari seluk-beluk bisnis properti.

·       Hamzah Izzulhaq
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan,dan berbagai macam permainan yang disukai anak-anak.
 Mulai beranjak dewasa padawaktu masuk jenjang SMA Hamzah mulaiberbisnis dalam bidang pulsa dan buku – buku dengan melobi pamannya yang mempunyai Toko buku yang besar Hamzah mulai menjadi DistributorBuku dengan diskon 30 % dari pamannya. Buku tersebut dijualkan kepadaadik kelas dan kakak kelasnya dengan diskon 10% sehingga dia meraup keuntungan 20% setiap bukunya. Dari itu semua hamzah mengantongi Rp 950 ribu.
Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu.
Hamzah tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya dan membaca biografi pengusaha-pengusaha besar tak lama kemudian ia berjualan snack-snck rotidan meraup keuntungan 5 jutaan dan setelah itu ia ketemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu kemudian di harus pinjam ayahnya yang sebagai dosen tetapi ayahnya hanya meminjami uang 70 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil.
Hamzah melobi untuk membayar 75 juta dulu sisanya yang 100 juta untuk dicicil. Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah tiba. Seiring dengan lulusnya  Hamzah dari SMA, Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise, jumlah siswa yang diatas 200 orang, omzet 360 juta per semester, dengan untung  bersih 180 juta per semester.
Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah melirik bisnis sofabed.
Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet 160 juta perbulan.

oleh: Andhiyah Tsabitah (dhiyahT) - Psikologi Mercu Buana 2015

1 komentar: