KISAH
SUKSES
Akhmad
Hilman Maulana
NIM:
42315010036
Theresia
Deka Putri
Saat remaja seusianya disibukan dengan tren busana terkini
atau artis idola, Theresia Deka Putri tengah menyusuri jalan-jalan di Jawa
Timur. Kala itu, di tahun 2002, Putri yang baru berusia sekitar 16 tahun telah
bergabung dalam sebuah tim pemasaran dalam satu perusahaan kuliner. Ia
berkeliling dari satu warung kopi, pasar dan berbagai tempat lain untuk
memasarkan beragam produk kopi dan teh produksi perusahaan tersebut.
Masa lalu yang penuh kerja keras di usia muda ini, ternyata
berbuah manis. Kini di usianya yang ke-29 ini, Putri, begitu ia biasa
dipanggil, memegang tongkat komando dari perusahaan kopi luwaknya yang beromzet
miliaran rupiah, yakni CV Karya Semesta. Bahkan ketiga komoditasnya, yakni Kopi
Luwak Lanang, Lanang Landep dan Gajah Hitam, berhasil menembus pasar Taiwan,
Cina, Korea, Malaysia, Jepang, hingga Polandia.
“Sejak SMP saya memang sudah mulai berbisnis untuk tambahan
jajan,” ujar perempuan yang besar di Gresik ini ketika diwawancarai dalam
sebuah talkshow di televisi swasta. Sepatu atau snack yang dibelinya, ia jual
kembali ke tetangga dan teman-temannya. “Modalnya dari tabungan saya sejak TK,”
katanya.
Bisnis kecil-kecilannya ini berlanjut hingga SMA, yang
kemudian mengantarkannya pada posisi sebagai tenaga marketing di perusahaan
kuliner saat usianya masih belasan. Berkat pengalaman keluar masuk pasar dan
warung yang rutin ia jalani ditambah dengan kejelian melihat kondisi pasar,
Putri berhasil melihat satu peluang usaha yang prospektif, yakni bisnis kopi.
“Saya melihat bahwa kopi memiliki peluang yang sangat baik.
Di sepanjang jalan misalnya, dengan mudah kita bisa menemukan warung kopi,”
ujarnya.
Berbekal keuntungan dari hasil penjualan sebelumnya dan
relasinya dengan para pemilik warung, sekitar tahun 2007, Putri kemudian
memberanikan diri untuk menjual kopi komoditasnya sendiri. Bermodal Rp 200
juta, ia memulai usahanya. Ia ‘meminjam’ biji kopi yang akan dibayar belakangan,
menyangrai biji kopi tersebut dengan wajan kayu dan tanah liat, menggilingnya,
kemudian ia edarkan ke warung-warung kopi. “Awalnya produk yang dijual polosan
tanpa merk,” ujarnya.
Namun setelah usahanya mulai berkembang, ia mulai membuat
merk sendiri, yang bahkan memiliki identitas berbeda dengan kopi sejenis yang
berbeda di pasaran. Kopi luwak yang dipasarkannya, khusus berasal dari hewan
jantan, karena itu dinamakan Luwak Lanang. Luwak jantan dipilih karena
menurutnya jenis ini memliki enzim yang lebih kuat sehingga menghasilkan rasa
dan aroma yang khas. Tak hanya satu, ia juga melakukan diversifikasi produk
dengan meluncurkan kopi Lanang Landep yang berasal dari biji kopi berkeping
tunggal (peaberry coffee), dan Gajah hitam dari bjii kopi berukuran besar.
Ada sedikit rasa sedih yang hinggap di hati Putri bila
melihat kesuksesannya. Ia, teringat pada kedua orang tuanya yang sudah
meninggal dunia sejak Putri masih muda, dan tak sempat merasakan kesuksesan
yang ia raih. Namun ia tak berlama-lama berkubang dalam duka. Sebaliknya, ia
meletakkan kesedihannya itu sebagai motor pembakar semangatnya. “Ini yang saya
lakukan untuk orangtua. Mungkin mereka di sana bisa melihat saya sukses di
sini,” ujarnya.
Usahanya itu kini telah beromzet miliaran, ia juga telah
memiliki sebidang perkebunan kopi sendiri. Perusahaannya bisa menghasilkan
hingga 1,6 ton kopi Luwak Lanang tiap tahun, dan angka ini belum termasuk
produknya yang lain, yang bila digabungkan bisa mencapai puluhan ton. Ia, terus
memperluas bisnisnya dengan memproduksi teh dengan merk Gambung Tea. Sejumlah
penghargaan, juga telah diterimanya, termasuk penghargaan dari Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Meski kini telah berujung kesuksesan, perjalanan Putri
sejatinya tak selalu berjalan mulus, bahkan ia sempat berada di titik nadir.
Putri pernah ditipu orang dengan nominal kerugian yang menurutnya, bisa
digunakan untuk membeli tiga unit mobil Kijang Innova. “Uang saya hanya bersisa
seribu rupiah, yaitu dua logam kuning 500 perak,” ujarnya.
Setengah dari sisa uangnya itu kemudian ia berikan pada
seorang peminta-minta. Namun tak lama setelah itu, ia menemukan uang sepuluh
ribu rupiah di jalan. Selembar uang merah inilah yang membuatnya bangkit. Ia
menggunakannya untuk mengisi bensin, dan akhirnya bertemu dengan orang yang kemudian
mengorder kopi darinya.
Semua pengalaman dalam membangun bisnisnya ini, membuat
Putri menarik sebuah pelajaran hidup yang berharga, yaitu terus berusaha meski
masalah terus datang silih berganti. “Dalam hidup ini kita tidak bisa
mengarahkan angin, tapi kita masih bisa mengarahkan layar,” ujarnya.
Nicholas
Kurniawan
Nicholas Kurniawan, seorang pengusaha muda dari Jakarta
yang masih berusia 21 tahun tapi mampu menghasilkan omzet ratusan juta rupiah
per bulan dengan perkerjaannya sebagai
eksporter ikan hias dan sekarang Nicholas juga sedang mengembangkan
bisnis di bidang properti. Mungkin banyak orang yang mengatakan kalau Nicholas
bisa menjadi pengusaha muda yang sukses karena dia beruntung, tapi kenyataannya banyak hal yang harus
dihadapi oleh Nicholas sebelum mencapai kesuksesannya seperti sekarang.
Nicholas Kurniawan dibesarkan dalam keluarga yang sempura
meskipun kurang berkecupan. Kedua orang tuanya terpaksa mencari hutangan untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Penghasilan yang dihasilkan oleh kedua orang tua
Nicholas digunakan untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Melihat orang tuanya sering dipermalukan karena hutang yang mereka tanggung,
Nicholas kecil bertekad untuk menjadi orang sukses.
Sejak usia 8 tahun,
Nicholas sudah terbiasa untuk berjualan makanan, minuman, pakaian, dan masih
banyak lagi dan semuanya tidak berakhir baik. Nicholas tidak mau mengatakan
kalau dirinya pernah gagal, melainkan dia belum menemukan cara yang tepat untuk
mencapai kesuksesan. Saat berusia 17 tahun, seorang teman memberikannya sepaket
ikan Garra Rufa, ikan terapi. Nicholas tidak memiliki minat untuk
memeliharanya, dan otak bisnisnya mulai muncul untuk menjualnya. Maka, dia
mulai membuka FJB Kaskus dan membuat akun disana. Hanya dalam beberapa jam,
ikan miliknya berhasil terjual dan banyak orang yang menawarnya. Melihat minat
orang yang besar, maka Nicholas bertanya kepada temannya dimana dia membeli
ikan itu dan akhirnya Ia menemuka supplier. Nicholas menjual ikan – ikan itu di
Kaskus dan mendapatkan untung 2 hingga 3 juta rupiah per bulan.
Pada umur yang sama, Nicholas menginginkan masuk kuliah ke
Universitas Prasetiya Mulya yang memerlukan uang yang tidak sedikit dan
Nicholas tidak mungkin meminta uang tersebut dari orang tuanya. Maka, dia
memiliki target untuk mendapatkan 10 juta per bulan. Nicholas memiliki ide
untuk mengekspor ikan. Nicholas mencoba berkerja sama dengan para eksporter
tapi tidak ada yang berhasil karena faktor usia yang masih tergolong muda.
Bahkan saking seriusnya, Nicholas meneliti website perusahaan besar dan mencoba
mencontohnya. Selain itu Ia juga mencoba mencari tahu tentang shipment.
Berkat usahanya yang serius dan kefokusannya, Nicholas
mendapatkan kepercayaan dari seorang pengusaha. Ia memesan sebanyak 10.000 ekor
ikan garra rufa untuk dikirim ke Medan. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama,
karena ada beberapa kesulitan untuk mengirim ke Medan sehingga akhirnya orderan
itu dibatalkan. Ikan sebanyak 10.000 mati satu persatu karena Nicholas tidak memiliki
peralatan untuk menampung ikan sebanyak itu dan Nicholas harus menanggung
kerugian yang cukup besar.
Nicholas tidak langsung menyerah ketika Ia mendapatkan
kegagalan pertama. Ia tetap berusaha fokus dengan perkerjaan yang amat
disukainya itu. Saat keadaan yang mulai tenang, Nicholas mendapatkan kembali
orderan dari orang Medan untuk mengekspor ikan pergi ke luar negri tapi
menggunakan nama perusahaannya. Setelah itu, nama Nicholas mulai dikenal oleh
pengusaha dalam negri maupun luar negri.
Suatu saat, setelah setengah jalan menjalani usaha –
Nicholas terkena tipu oleh partnernya sebesar 30 juta rupiah. Uang yang selama
ini Ia kumpulkan dengan susah payah untuk masuk ke universitas favoritnya,
habis hanya dalam waktu semalam. Tapi, ternyata kesialan itu malah menjadi
berkat bagi Nicholas. Banyak para customer di luar negri yang terkena tipu oleh
mantan partner Nicholas akhirnya mempercayakan kepartneran mereka kepada
Nicholas. Orang–orang tersebut mengambil ikan langsung dari Nicholas dan tanpa
terasa hanya dalam 1,5 bulan, Nicholas mampu mengumpulan uang sebesar 100 juta
rupiah.
Hamzah
IzzulHaq
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu
kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam
permainan seperti kelereng, petasan,dan berbagai macam permainan yang disukai
anak-anak.
Mulai beranjak dewasa padawaktu masuk jenjang SMA Hamzah
mulai berbisnis dalam bidang pulsa dan buku – buku dengan melobi pamannya yang mempunyai
Toko buku yang besar Hamzah mulai menjadi Distributor Buku dengan diskon 30 % dari
pamannya. Buku tersebut dijualkan kepada adik kelas dan kakak kelasnya dengan diskon
10% sehingga dia meraup keuntungan 20% setiap bukunya.
Dari itu semua hamzah mengantongi Rp 950 ribu. Uang jerih
payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya.
Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional
diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak
berjalan lancar. Omzet yang didapat
sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun
juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah
akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih
3 bulan itu.
Hamzah tidak putus asa dan kembali lagi merenungi kesalahannya
dan membaca biografi pengusaha-pengusaha
besar tak lama kemudian ia berjualan snack-snck roti dan meraup keuntungan 5
jutaan dan setelah itu ia ketemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise
bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu kemudian di
harus pinjam ayahnya yang sebagai dosen tetapi ayahnya hanya meminjami uang 70
juta yang semestinya untuk dibelikan mobil.
Hamzah melobi untuk membayar 75 juta dulu sisanya yang 100
juta untuk dicicil. Di bisnis bimbel ini peruntungan Hamzah tiba. Seiring
dengan lulusnya Hamzah dari SMA, Hamzah sudah memegang 3 lisensi franchise,
jumlah siswa yang diatas 200 orang, omzet 360 juta per semester, dengan untung bersih
180 juta per semester.
Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa
didelegasikan. Hamzah melirik bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang
sudah jalan tiga bulan dia beli dan dia kembangkan. Perkembangannya yang cukup
pesat membuat Hamzah bisa mengantongi omzet 160 juta perbulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar