April 04, 2018

Pemuda kreatif dan inovatif dalam berbisnis



ABSTRAK
Pemuda haruslah dapat menjadi seorang wirausahan yang berpikir inovatif dan kreatif. Diharapkan artikel ini dapat membangun jiwa pebisnis yang selalu mampu mencari ide dan hal – hal baru dalam rangka memberikan penyegaran dalam dunia kewirausahaan. Dengan dapat membangun inovatif, ide – ide yang digagaskan haruslah menjadi suatu solusi dalam permasalahan kehidupan sehari – hari.
Kata Kunci
Kreatif, inovatif, pemuda, bisnis
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan dan pesatnya persaingan dalam berwirausaha menuntut wirausahawan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan produk atau jasa yang dimilikinya dalam rangka menyelaraskan kebutuhan konsumen yang semakin beragam dan tanpa batas. Memasuki abad 21 sebagian besar “ futurist” menyebutkan bahwa perusahaan semakin lama cenderung semakin bertambah ramping.
PERMASALAHAN
1.       Bagaimana cara mengembangkan cara pikir kreatif dan inovatif?
2.       Macam – macam sumber apa yang dapat memunculkan pikiran kreatif dan inovatif?
3.       Langkah – langkah apa yang dapat memunculkan pemikiran kreatif dan inovatif?
PEMBAHASAN
Memiliki cara berpikir kreatif harus selalu ada pada seorang pengusaha untuk menjamin perkembangan usaha berjalan dengan cepat dan tepat.

Kita tentu masih mengingat bahwa dalam mengembangkan pemikirannya, manusia dapat memanfaatkan "otaknya bagian kiri" dan "otaknya bagian kanan.

Pada intinya otak bagian kiri kita manfaatnya untuk berfikir secara analitikal, sistematikal, logikal Pada umumnya berfikir secara analitikal bersifat konvergen (menuju kesebuah titik).

Sebaliknya otak kita bagian kanan yang membantu kita berfikir secara imajinatif, kreatif bersifat divergen (bertolak dari sebuah titik, yang kemudian menyebar ke berbagai jurusan).

Setiap entrepreneur , yang ingin mengembangkan entrepreneurshipnya, bukan saja perlu mengandalkan diri pada otaknya bagian kiri, tetapi juga otak bagian kanan, harus puladi manfaatkan sepenuhnya, dalam hal menciptakan ide-ide baru dalam wujud: produk-produk baru --metode-metode kerja baru --menemukan servis-servis baru --daerah-daerah penjualan baru. Jelas kiranya bahwa orang-orang tertentu sangat berbakat dalam hal mengembangkan otaknya bagian kiri dan ada orang-orang tertentu yanglebih banyak mengembangkan otaknya bagian kanan.

Istilah yang banyak digunakan, orang adalah : adanya kelompok "left brainers", dan adanya kelompok kedua yakni Para "right brainers”.

Dunia kita memerlukan kedua kelompok manusia, tetapi, ,terutama,bagi para entrepreneur, penggunaan atau pemanfaatan otak mereka bagian kanan sangat krusial dalam hal melaksanakan kegiatan mereka sehari-hari.

Dahulu, ada pendapat yang diterima umum, yang menyatakan bahwa apabila suatu perusahaan berhasil mencapai suatu bentuk keunggulan kompetitif (M. Porter) maka keunggulan demikian harus dipertahankan selama mungkin, karena ia jelas merupakan sebuah alat untuk menghadapi pihak pesaing secara berhasil.

Tetapi, kemudian muncul pandangan yang lebih "baru" yang menyatakan bahwa begitu suatu perusahaan meraih keunggulan kompetitif tertentu, segera pimpinan perusahaan tersebut perlu memikirkan untuk secepat mungkin, "meninggalkan keunggulan" tersebut, dan menemukan keunggulan lain yang lebih "baru". Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pihak pesaing, tidak akan tinggal diam, dan mereka lambat laun, akan mengimitasinya.

Apalagi, apabila pihak pesaing berhasil mengimitasi keunggulan kita melalui produk atau jasa yang lebih unggul, maka tamatlah posisi unggul kita yang semula diraih dengan susah payah.

Dalam praktek banyak terlihat bahwa pada awalnya ada perusahaan yang didirikan seorang entrepreneur, yang ternyata berhasil merebut pangsa pasar, karena ia terbuai oleh keunggulan yang dicapainya. Maka sang entrepreneur tidak melakukan apa-apa dalam rangka memperbaiki keunggulanya yang ada, sampai pihak pesaing muncul dengan produk atau jasa serupa, tetapi dengan modifikasi yang lebih memuaskan selera konsumen.

Aneka macam sumber bagi pembentukan ide-ide baru

Ada berbagai macam sumber yang dapat kita manfaatkan untuk mencapai sejumlah ide-ide baru. Diantara sumber-sumber yang diketahui, yang dapat membantu kita mencapai ide-ide baru tersebut, dapat disebut: para konsumen, perusahaan-perusahaan yang ada, saluran-saluran distribusi, pemerintah, dan riset serta pengembangan internal.


Para entrepreneur makin memperhatikan apa yang harus dijadikan titik vocal ide tertentu yang dapat melahirkan sebuah produk atau servis baru, yaitu sang konsumen. Bahwa para konsumen sering kali merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan ide baru, yang kemudian menyebabkan diciptakannya produk atau jasa baru, merupakan sesuatu hal yang sejak lama diketahui oleh dunia bisnis. Ia dapat berbentuk kegiatan memonitor ide-ide potensial, yangdisajikan secara informal, atau secara formal, melalui upaya mengundang para konsumen (tertentu) untuk menyatakan pendapat mereka tentang produk atau jasa yang diinginkan mereka, dan yang kiranya belum diproduksi untuk pasar.

Kira tentu tidak akan menutup mata bahwa dalam pertemuan¬pertemuan dengan para konsumen, akan muncul aneka macam ide "gila" (crazy ideas) --tetapi segila-gilanya sesuatu ide, melalui jalan memodifikasi ide tersebut, ada kemungkinan untuk mengkonversinya menjadi sebuah produk atau servis yang bermanfaat.
Langkah-langkah dalam proses kreatif dan pemikiran kreatif

Proses kreatif yang diikutioleh pikiran kita dalam hal mencari pemecahan masalah tertentu, telah dianalisis oleh banyak ilmuwan, dan mereka berhasil menemukan berbagai macam cara untuk melaksanakannya. Perlu dicatat bahwa sebagian di antara cara-cara yang dikemukakan, memiliki persamaan-persamaan tertentu.

Seorang yang bernama Herman von Helmholtz, seorang ahli fisika Jerman menggariskan proses tiga langkah sebagai berikut:

  1. Saturasi (saturation).
  2. Inkubasi (incubation).
  3. Iluminasi (illumination).
CONTOH KASUS
4 sekawan Febri Triyanto (27), Fat Aulia Muhammad (31), Ashary Tamimi (31), dan Eko Yulianto (32) pendiri dan pencetus waralaba “Tela-Tela”. Mereka adalah empat orang pemuda asal Yogya yang memiliki minat yang sama terhadap bisnis dan sudah lama saling mengenal sejak mereka masih sama-sama kuliah.

Sebelum serius mengembangkan usaha “Tela-Tela”, mereka juga pernah mencoba belajar beberapa bisnis, hanya saja faktor keberuntungan mungkin belum berpihak kepada mereka. Berkali-kali usaha yang mereka jalankan berakhir dengan kegagalan. Hebatnya mereka tidak pernah menyerah, dengan modal spirit bisnis yang memang sudah kuat, mereka terus bereksperimen dan berkarya, “Tela-Tela” adalah buah sukses perjuangan mereka.

Pada tahap awal mereka membuat singkong goreng dengan empat macam bumbu. Mereka juga menyeleksi jenis singkong yang cocok. Lalu ditawarkan ke sejumlah rekannya di kampus untuk mencicipi. Setelah ketemu rasa yang kira-kira menjual, mulailah berjualan pada pertengahan 2005 di depan rumah.

Kebetulan di kawasan itu banyak mahasiswa kos. Keripik singkong dengan aneka rasa dijual dengan harga murah meriah. Gerobaknya diberi nama Tela Tela. Sambutannya ternyata meriah.Pokoknya membuat mereka optimistis melanjutkannya.

Tiga bulan kemudian mereka menambah dua outlet (gerobak). Modalnya diambil dari uang hasil penjualan televisi dan sebagainya hingga terkumpul Rp 1,5 juta. Setelah itu upaya mengembangkan pasar dilakukan. Termasuk ikut bazar yang berlangsung lima hari di acara yang diselenggarakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. "Dalam sehari kami bisa menghabiskan 1 kuintal singkong di acara tersebut. Ini mengagetkan," ujar Eko. Berarti dalam lima hari mereka harus menggoreng 500 kg singkong hanya untuk memenuhi acara tersebut.

Dari kegiatan ini juga ada orang yang ingin menjadi mitra Tela Tela. Tawaran itu disambutnya dengan membuat gerobak dengan biaya Rp 2,5 jutaan. Bumbu "rahasianya" mereka pasok. Saat itu mereka belum membuat sistem kerjasamanya. Setelah itu tawaran kerjasama berlangsung dari mulut ke mulut. Tak terasa jumlah gerai Tela-Tela sudah mencapai 21 gerobak pada awal 2006.
Usaha yang diawali oleh empat sekawan ini akhirnya banyak menarik minat orang lain untuk menjadi mitra bisnis. Tela-Tela akhirnya menawarkan pola kerjasama berupa franchise (business opportunity) / waralaba. Dengan bahan baku dan resepnya tetap mereka yang membuat untuk menjaga rasa dan kualitasnya.

Tela-Tela juga menambah varian rasanya yaitu: BBQ, balado, keju, ayam, kebab, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar, pepperoni, pizza, pedas manis, pedas asin, super pedas, lado mudo, rujak dan rasa campur. Sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan rasa untuk menikmati singkong mereka.

KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan pada dasarnya sudah dibekali kemampuan untuk mencipta dan berkreasi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Sifat kreatif yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita sudah sepautnya digali, dikembangkan dan pada akhirnya dibagikan manfaatnya untuk orang lain. Kreativitas itu adalah sesuatu yang tidak akan ada habis-habisnya. Dia akan selalu dinamis, bertumbuh dan menghasilkan buah. Keika orang mulai berhenti berkreasi, dia akan otomatis statis, berhenti tumbuh dan berhenti menghasilkan buah. Dan hal ini jugalah yang membuat kenapa banyak orang tidak bisa sukses dan berhenti pada suatu titik.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar