Maret 10, 2022

Artikel Ilmiah Populer Tentang Jiwa Kewirausahaan Terhadap Pengusaha Kecil


 

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik di Universitas Mercu Buana

 

 

Oleh: Ahmad Dwi Putra Muhyidin NIM: 41420010043

 

 

 

Pendahuluan

Kualitas suatu bangsa sangat tergantung pada bagaimana kemampuan dan kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan kreatif. Dengan demikian akan memberikan dampak pada penciptaan usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja. Di sisi lain, semakin maju suatu negara menyebabkan semakin banyak pula orang yang terdidik. Namun, kemajuan ini apabila tidak didukung oleh perluasan lapangan kerja dan peningkatan keahlian sumber daya manusia menyebabkan banyak ditemui para lulusan akademik yang memperpanjang daftar pengangguran.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Dalam usaha kecil dan menengah pemilik badan usaha dalam melakukan usahanya haruslah memiliki jiwa kewirausahaan, dengan demikian jiwa kewirausahaan besar kaitannya dengan kemajuan dan perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Permasalahan dari berbagai penjuru menimpa pelaku usaha kecil, diantaranya adalah organisasi lemah, pemasaran sulit, modal usaha kecil, jiwa kewirausahaan rendah, kurang memperhatikan lingkungan dan layanan kurang baik (Sukirman 2010). Keterpurukan usaha kecil tidak terlepas dari ketergantungan terhadap pemerintah, perilaku kewirausahaan tanpa didasari kemampuan dalam mengelola usaha, serta regulasi di sektor usaha kecil yang dipandang belum mampu mendorong terciptanya pengelolaan usaha kecil yang dinamis dan inovasi. Perilaku kewirausahaan memperlihatkan kemampuan pengusaha untuk melihat ke depan, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya masih kurang Suseno (2008). Pelaku usaha kecil sudah memiliki sikap proaktif dan inisiatif yang bagus dalam mengembangkan usaha. Dalam mengantisipasi kesulitan usaha kecil perlu dilakukan kajian empiris tentang jiwa kewirausahaan, nilai- nilai dan penilaian perilaku kewirausahaan yang dapat mempengaruhi terwujudnya upaya kemandirian.

Dalam perspektif usaha, UKM diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:

 

1.       Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima


2.       Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3.       Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4.       Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

Karakteristik dasar UKM di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.

2.  Masih lemahnya struktur kemitraan dengan Usaha Besar.

3.  Lemahnya quality control terhadap produk.

4.  Belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

5.  Kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang formal.

6. Pengetahuan tentang ekspor masih lemah.

7.  Lemahnya akses pemasaran.

8.  Keterbatasan teknologi, akibatnya produktivitas rendah dan rendahnya kualitas produk.

9.  Keterbatasan bahan baku.

 

 

B. Kendala dan Risiko Bisnis Usaha Kecil dan Menengah Berikut ini beberapa kendala hambatan yang sering muncul dalam Usaha Kecil Menengah :

1. Internal a. Modal 1) Sekitar 60-70% UKM belum mendapat akses atau pembiayaan perbankan. 2) Diantara penyebabnya, hambatan geografis. Belum banyak perbankan mampu menjangkau hingga ke daerah pelosok dan terpencil. Kemudian kendala administratif, manajemen bisnis UKM masih dikelola secara 5 manual dan tradisional, terutama manajemen keuangan. Pengelola belum dapat memisahkan antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha. b. Sumber Daya Manusia (SDM) 1) Kurangnya pengetahuan mengenai teknologi produksi terbaru dan nncara menjalankan quality control terhadap produk.

2)   Kemampuan membaca kebutuhan pasar masih belum tajam, sehingga nnbelum mampu menangkap dengan cermat kebutuhan yang diinginkan pasar.

3)   Pemasaran produk masih mengandalkan cara sederhana mouth to mouth marketing (pemasaran dari mulut ke mulut). Belum menjadikan media sosial atau jaringan internet sebagai alat pemasaran.

4)  Dari sisi kuantitas, belum dapat melibatkan lebih banyak tenaga kerja karena keterbatasan kemampuan menggaji.

5)   Karena pemilik UKM masih sering terlibat dalam persoalan teknis, sehingga kurang memikirkan tujuan atau rencana strategis jangka panjang usahanya. c. Hukum Pada umumnya pelaku usaha UKM masih berbadan hukum perorangan. d. Akuntabilitas Belum mempunyai sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik. 2. Eksternal a. Iklim usaha masih belum kondusif.


1)   Koordinasi antar stakeholder UKM masih belum padu. Lembaga pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan, dan asosiasi usaha lebih sering berjalan masing-masing.

2)    Belum tuntasnya penanganan aspek legalitas badan usaha dan nnkelancaran prosedur perizinan, penataan lokasi usaha, biaya transaksi/usaha tinggi, infrastruktur, kebijakan dalam aspek pendanaan untuk UKM. 6 b. Infrastruktur

1)  Terbatasnya sarana dan prasarana usaha terutama berhubungan dengan alat-alat teknologi.

2)   Kebanyakan UKM menggunakan teknologi yang masih sederhana. c. Akses 1) Keterbatasan akses terhadap bahan baku, sehingga seringkali UKM mendapatkan bahan baku yang berkualitas rendah. 2) Akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu.

3)  Belum mampu mengimbangi selera konsumen yang cepat berubah, terutama bagi UKM yang sudah mampu menembus pasar ekspor, sehingga sering terlibas dengan perusahaan yang bermodal lebih besar. Kendala atau hambatan yang muncul dalam bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat mengakibatkan adanya risiko. Risiko itu sendiri muncul karena terjadinya ketidakpastian.

Karakteristtik Jiwa Kewirausahaan yang harus dimiliki

Jiwa kewirausahaan adalah sebuah mental untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu yang nantinya bisa menghasilkan sesuatu yang diukur dalam bentuk materi atau uang. Menurut Suryana (2006:3) mengemukakan ciri-ciri yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan adalah, penuh percaya diri, memiliki inisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Wirausaha adalah orang yang berjiwa kreatif dan inovatif yang mampu mendirikan, membangun, mengembangkan, memajukan, dan menjadikan perusahaannya unggul. Berdasarkan fakta tersebut maka kewirausahaan (entrepreneurship) memiliki peranan yang sangat penting. Kewirausahaan memiliki peranan untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan, contoh bagi masyarakat lain, membantu orang lain, memberdayakan karyawan, hidup efisien, dan menjaga keserasian lingkungan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong seseorang memanfaatkan peluang yang ada menjadi sesuatu yang menguntungkan.

Jiwa kewirausahaan meliputi kepribadian yang memiliki tindakan kreatif sebagai nilai, gemar berusaha, tegar dalam berbagai tantangan, percaya diri, memiliki self determination atau locus of control, berkemampuan mengelola risiko. Jiwa kewirausahaan merupakan nyawa kehidupan dalam kewirausahaan yang pada prinsipnya merupakan sikap dan perilaku kewirausahaan dengan ditunjukkan melalui sifat, karakter, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

Jiwa kewirausahaan merupakan nyawa kehidupan dalam kewirausahaan dengan ditunjukkan melalui sifat, karakter, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (Hartanti 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan seseorang diantaranya adalah: percaya diri (keyakinan), optimisme, disiplin, komitmen, berinisiatif, motivasi, memiliki jiwa kepemimpinan, suka tantangan, memiliki tanggung jawab, dan human relationship (Nasution 2007: 42-44; Suryana 2006:3).

Nilai-Nilai Kewirausahaan

Nilai-nilai kewirausahaan merupakan prasyarat yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan. Nilai- nilai tersebut terdiri atas kreativitas, pengambilan risiko, inovasi, berorientasi prestasi, ambisi, dan


kemerdekaan Boohene et al. (2008). Nilai dalam menjalankan bisnis mengandung unsur pertimbangan yang mengembangkan gagasan-gagasan seorang pribadi atau sosial, maka lebih dipilih dibanding dengan bentuk perilaku atau bentuk akhir keberadaan perlawanan atau kebaikan.

Sistem pengembangan usaha kecil dibangun dengan melalui pengembangan pendukung jasa pengembangan usaha yang terjangkau, semakin tersebar dan bermutu untuk meningkatkan akses usaha kecil terhadap pasar, dan sumberdaya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar, teknologi dan informasi termasuk mendorong peningkatan intermediasi lembaga keuangan. Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia mempunyai alasan berusaha karena adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang aman serta besar (Tambunan 2012:6). Akibatnya usaha kecil lebih banyak muncul karena kemandirian dalam menjalankan usaha

Hubungan Jiwa Kewirausahaan dengan Perilaku Kewirausahaan.

Jiwa kewirausahaan merupakan kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap perilaku kewirausahaan, kemauan untuk bekerja keras, dan memelihara hubungan antar anggota, yang berarti ada keinginan yang kuat dari anggota untuk tetap berada dalam ikatan psikologis terhadap perusahaan. Kemampuan dalam menciptakan jiwa kewirausahaan akan meningkatkan perilaku kewirausahaan menjadi semakin tinggi. Jiwa kewirausahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan (Silalahi 2007).

Hubungan Nilai Kewirausahaan dengan Perilaku Kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan terdiri atas kreativitas, pengambilan risiko, inovasi, berorientasi prestasi, ambisi, dan kemerdekaan mampu menciptakan perilaku kewirausahaan yang kuat (Boohene, Sheridan, & Kotey 2008). Kreativitas perusahaan akan mempengaruhi perilaku usaha kecil dalam menciptgakan inovasi untuk menuju kenerhasilan usaha yang lebih baik.

Hubungan Jiwa Kewirausahaan dengan Kemandirian Usaha.

Kehidupan dalam berwirausaha pada prinsipnya merupakan sikap dan perilaku kewirausahaan dengan ditunjukkan melalui karakter, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (Hartanti 2008). Karakter merupakan suatu kepribadian yang mampu memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian usaha bagi pelaku usaha kecil (Astuti & Sukardi 2013). Jiwa kewirausahaan yang tinggi diperlukan dalam menciptakan kemandirian usaha bagi pelaku usaha kecil.

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pelaku UMKM harus memiliki jiwa kewirausahaan dimana terdapat jiwa mandiri untuk menemukan sebuah sumber penghasilan dengan membuka usaha atau mengembangkan kreativitas dan inovasi yang dimiliki sesorang untuk kemudian dijadikan sebuah karya untuk mendapatkan penghasilan, mulai dari kewirausahaan, dan seseorang tersebut mengembangkan keterampilan atau sesuatu seperti barang,jasa, dll. Penguatan jiwa kewirausahaan akan menimbulkan dampak pada penguatan perilaku kewirausahaan, juga peningkatan nilai kewirausahaan akan meningkatkan perilaku kewirausahaan. Penguatan nilai kewirausahaan mampu meningkatkan pembentukan kemandirian usaha, Sedangkan penguatan pada perilaku kewirausahaan mampu menciptakan terbentuknya kemandirian usaha bagi pelaku usaha kecil.


 

 

 

Referensi

Sarwoko, E., & Hadiwidjojo, D. 2013. Entrepreneurial Characteristics and Competency as Determinants of Business Performance in SMEs. IOSR Journal of Business and Management (IOSR- JBM), 7(3), 31–38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar