Juni 02, 2023

REVIEW KULIAH SAMBIL KERJA, WHY NOT?

 Diana Septiani (AB23-Diana)



Ada banyak sekali anak muda yang berbakat yang ada di Indonesia, anak muda yang memiliki potensi yang bisa menggembangkan banyak hal melalui sektor apapun, ada yang dibidang pertanian, pakaian,  mengembangkan usaha, serta membuat produk baru, serta menjadikan Indonesia bisa bersaing di kancah Internasional. Berikut 4 anak muda Indonesia yang sukses di bidangnya masing-masing.  

Cueve – Abdul

Perusahaan Cueva didirikan oleh sembilan orang mahasiswa dengan nama Earth Company. Mereka adalah sekelompok mahasiswa muda berusia rata-rata 19 tahun yang menggeluti bisnis kreatif. Saat ini, produk Cueva baru dipasarkan melalui media sosial. Produksi maksimal Cueva adalah 24 unit per bulan, dan mereka yakin produk mereka mampu bersaing dengan produk lainnya di pasaran.

Abdul adalah seorang mahasiswa Bisnis Manajemen di Institut Teknologi Bandung, yang merupakan salah satu produsen dari Cueva, sebuah speaker kayu portable. Awalnya, Abdul dan teman-temannya ingin menciptakan sebuah produk yang dapat mengubah cara orang mendengarkan musik dan juga menciptakan produk yang dapat menggantikan cara tradisional orang mendengarkan musik. Mereka berusaha memikirkan produk yang inovatif, teknologis, dan dapat diterima oleh masyarakat. Proses pembuatan Cueva memakan waktu sekitar empat hingga lima bulan. Cueva tidak hanya terdiri dari hardware, tetapi juga software. Mereka memiliki sebuah aplikasi bernama "Kuasa Music Player" yang merupakan pemutar musik berdasarkan mood pengguna. Cueva dapat berfungsi secara mandiri tanpa harus terhubung ke perangkat lain.

Desain bagian dalamnya menjadi hal yang penting dan memiliki sistem yang unik. Cueva memiliki bentuk parabolik yang mampu menghasilkan suara. Pembuatan Cueva dilakukan secara handmade. Dalam waktu 3 minggu, mereka dapat menghasilkan sekitar 25 unit Cueva. Cueva tidak membutuhkan listrik atau peralatan elektronik di dalamnya, karena sistemnya murni menggunakan resonansi suara. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan handphone yang memiliki speaker ke dalam tiga lapisan songket, dan secara otomatis akan menghasilkan suara dari speaker handphone tanpa menggunakan bantuan alat listrik.

Bahan utama yang digunakan untuk membuat Cueva adalah kayu pohon. Para pendiri perusahaan telah memikirkan program bernama "One Cueva One Tree" di mana setiap pembelian Cueva akan dihitung sebagai penanaman satu pohon.

Growbox ­– Anissa

Growbox adalah sebuah perusahaan yang menyediakan layanan kreatif dalam bidang pertanian yang didirikan pada bulan Januari 2013 oleh Annisa Wibi Ismarlanti, yang juga menjabat sebagai Chief Marketing & Finance. Produk utama yang mereka tawarkan adalah Edible Growing Mushroom Kit, yang memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menumbuhkan jamur di rumah mereka sendiri.

Growbox memiliki kemasan yang unik, seukuran kotak tisu, dan saat ini menyediakan tujuh jenis jamur unggulan, seperti jamur tiram kuning, putih, merah muda, biru, cokelat, dan jelly mushroom. Setiap jenis jamur ini dapat digunakan tidak hanya sebagai makanan, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan, seperti jamur tiram cokelat yang dapat digunakan untuk mengobati flu, asma, dan menurunkan tekanan darah. Jelly mushroom juga memiliki khasiat dalam menyembuhkan luka bakar.

Harga untuk setiap jenis jamur bervariasi, mulai dari Rp45.000 hingga Rp75.000 per boks. Growbox menyediakan layanan pembelian online dengan pembelian minimal dua boks jamur setiap transaksi. Meskipun pasar layanan ini terbatas, Growbox telah berhasil menjangkau pasar yang luas, termasuk di luar Indonesia. Mereka telah memiliki sekitar 18.000 petani jamur urban yang tersebar di Singapura, Inggris, Jerman, Hong Kong, Shanghai, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Italia, serta di Indonesia, dengan mayoritas pelanggan berada di Jakarta dan Surabaya.

Growbox juga menyediakan layanan konsultasi mengenai budidaya jamur dan produk mereka melalui saluran YouTube dalam bentuk seri video web bernama Mycotalk. Selain itu, mereka sedang mengembangkan aplikasi bernama Mushroom Hunter yang memungkinkan pengguna untuk menganalisis jamur yang mereka temukan. Aplikasi ini akan membantu pengguna mengidentifikasi jenis jamur, apakah aman untuk dikonsumsi atau termasuk dalam kategori beracun, dan memberikan informasi mengenai cara pengolahannya.

Salah satu tantangan yang dihadapi Growbox adalah mengubah pola pikir masyarakat yang masih menganggap pertanian sebagai hal yang membosankan. Untuk mengatasi hal ini, mereka berencana untuk menyelenggarakan program edukasi kreatif. Program edukasi ini juga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi Growbox. Saat ini, pendapatan mereka masih bergantung pada penjualan produk, tetapi mereka berharap dapat menjual paket program edukasi kreatif serta hasil riset mereka tentang pengolahan limbah media tanam jamur menjadi bahan terbarukan yang disebut Mycotech. Selain itu, mereka juga sedang mengembangkan sektor kuliner yang diharapkan dapat diluncurkan pada awal tahun depan.


(Gambar growbox)

Dengan tim yang berjumlah tujuh orang, termasuk Scientist, Admin Executive, Creative Strategist, Education Program Developer, dan Operational Ranger, Growbox masih berjalan secara bootstrap dan masih terus mengeksplorasi berbagai macam kemungkinan yang bisa dimunculkan dari produk agrikultur khususnya jamur di luar bidang pertanian massal konvensional.

Tonik ­- Amalia

Lia, seorang pengusaha, melihat peluang bisnis di kalangan mahasiswa di kampusnya yang sering mengikuti tren mode dan berpenampilan fashionable. Setelah lulus kuliah, ia terus mengembangkan bisnisnya dan memiliki usaha bernama Tonik, sebuah toko unik. Saat ini, ia sudah memiliki beberapa gerai di Jakarta dan Surabaya. Namun, Lia tidak pernah puas dengan pencapaian yang ada dan terus berinovasi untuk menciptakan produk-produk baru yang unik dan tidak biasa.

Awalnya, Lia berpikir bahwa para anak desain menyukai barang-barang yang unik dan tidak biasa. Maka, ia mulai membuat pin bergambar dan kemudian mengembangkan bisnisnya dengan membuat gelang dan aksesoris lainnya. Respon terhadap produk-produknya sangat positif. Tujuan Lia dalam memulai bisnis ini adalah untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarganya. Modal awal yang digunakan adalah uang jajan yang terkumpul.

Lia memulai bisnisnya sejak dia masih kuliah dengan menjual satu kotak kecil di kelas, kemudian berkembang dengan menggunakan mobil, dan sekarang ia sudah memiliki beberapa gerai toko dan meja tetap di Cilandak Town Square setiap minggu.

 

Baju Batik ­- Dea

Dea, seorang pengusaha sekaligus mahasiswi Sistem Informatika di Universitas Multimedia Nusantara. Ia memulai bisnisnya pada semester 3 dengan menjual baju batik, ia telah berhasil membangun bisnisnya hingga memiliki puluhan pegawai dan menghasilkan pendapatan ratusan juta rupiah per bulan. Awalnya, Dea hanya membantu ibunya menjual koleksi batik, tetapi ketertarikannya terhadap batik berkembang hingga ia mulai memproduksi batik dari berbagai daerah. Dea mengkreasikan batik-batik lama yang tidak terpakai dengan motif-motif batik lainnya menjadi desain yang indah dan memiliki nilai jual tinggi. Sebagai generasi muda yang terbiasa menggunakan media sosial, Dea memanfaatkannya untuk memasarkan produknya, dan langkah ini terbukti efektif. Ia terus berupaya mengembangkan bisnisnya dan melihat peluang ini sebagai cara untuk memberikan kontribusi. Dea menggabungkan pengetahuannya tentang batik dengan model-model yang lebih modern. Bisnisnya sekarang mendapatkan pesanan hampir 1000 potong setiap bulannya, dengan pasar terbesarnya adalah wanita karir dan ibu rumah tangga, dengan sekitar 60% domisili mereka berada di Jakarta, 25% di berbagai wilayah di Indonesia, dan 10% sisanya di luar negeri.

Keren sekali bukan, anak muda Indonesia ini yang bahkan masih kuliah bisa membuat usaha sendiri yang menguntungkan banyak pihak, tidak hanya fokus pada pendidikan  tetapi juga bisa bekerja bahkan mendirikan sebuah company.

 

Daftar Pustaka

Nugrahanto, P. (2015, Mei 25). Techinasia Berita. Retrieved Mei 10, 2023, from id.techinasia.com: https://id.techinasia.com/growbox-cocok-tanam-jamur-urban

Hilmy, Revan Haidar, Ratna Susana, and Febrian Hadiatna. "Rancang bangun Smart Grow Box hidroponik untuk pertumbuhan tanaman microgreen berbasis Internet of Things." Power Elektronik: Jurnal Orang Elektro 10.2 (2021): 41-47.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar