ABSTRAK
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode studi kausalitas. Sampel penelitian ini sebanyak
30 orang mahasiswa FEB Universitas Telkom. Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling dengan menggunakan teknik
sampling isidental. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data karakteristik responden,
pola pikir, pemahaman, network dan
minat berwirausaha.
Hasil uji statistik pada mahasiswa
FEB berdasarkan uji R menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara pola
pikir, pemahaman dan network terhadap
minat
berwirausaha. Sementara hasil uji annova
pada mahasiswa FEB diketahui bahwa F hitung lebih besar dari Ftabel
dan sig F menunjukkan signifikan sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti bahwa secara simultan pola pikir, pemahaman dan network
berpengaruh terhadap minat
berwirausaha. Berdasarkan uji t pada mahasiswa FEB, secara parsial implementasi
tidak berpengaruh secara signifikan
Disarankan untuk program MOVE YPT
agar lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pola pikir, pemahaman
dan network sehingga minat
berwirausaha dapat ditingkatkan.
Kata kunci: pola pikir, pemahaman, network, minat
berwirausaha
Wacana
mengenai wirausaha sempat menggeliat pada tahun 90an dengan usungan program
pemerintah yang bernama Gerakan Nasional Memasyarakatkan Kewirausahaan (GMNK).
Setelah itu, pemerintah mulai giat juga mendorong pertumbuhan kewirausahaan
khususnya melalui program-program yang dibuat oleh kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM). Belakangan ini, pembahasan mengenai kewirausahaan makin
marak terutama karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut berusaha untuk
berpartisipasi dalam bentuk pendidikan maupun mentoring langsung ke calon
wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra, Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan
lainnya yang memang sudah terkenal dalam keberhasilannya membangun bisnis
(Wirausaha, 2011).
Hingga kini jumlah
wirausaha di Indonesia hanya 570.339 orang atau 0,24 persen dari jumlah
penduduk yang sebanyak 237,64 juta orang. Padahal untuk jadi bangsa maju,
dibutuhkan wirausaha minimal 2 % dari jumlah penduduk. Untuk itu pemerintah
meminta 214 perusahaan multinasional yang berasal dari negara–negara anggota Asia Pacific Economic Coorporation
(APEC) untuk berpartisipasi dalam pengembangan wirausaha kreatif dan Usaha
Kecil Menengah (UKM) dari dana Corporate
social Responsibillity (CSR).
Deputi Menko Perekonomian Bidang Peniagaan dan kewirausahaan mengatakan 214 perusahaan yang diminta
bergabung dalam mengembangkan wirausaha kreatif dan UKM adalah perusahaan yang
berskala internasional yang telah beroperasi di Indonesia (Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2013).
Sejak
tahun 2009 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. Program tersebut
dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di beberapa Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis)
dengan alokasi dana yang berbeda-beda. PMW bertujuan untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship) berbasis Ipteks kepada para mahasiswa agar dapat
mengubah pola pikir (mindset) dari
pencari kerja (job seeker) menjadi
pencipta lapangan pekerjaan (job creator)
serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.
Dalam rangka keberlanjutan, program ini juga bertujuan mendorong kelembagaan
pada perguruan tinggi yang dapat mendukung pengembangan program-program
kewirausahaan. Sebagai hasil akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka
pengangguran lulusan pendidikan tinggi (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Pola pikir sebagai pencari kerja mau
tidak mau harus segera diakhiri dan mengubahnya menjadi penyedia lapangan
pekerjaan. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Perubahan pola pikir harus di
mulai dari bangku pendidikan. Sudah saatnya kewirausahaan harus menjadi pilihan
karir bagi setiap mahasiswa. Hal ini perlu ditanamkan selama mereka mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi. Pola pikir untuk menjadi karyawan harus segera
dikurangi dan digantikan dengan bagaimana mereka dapat memulai membuka usaha
setelah menyelesaikan kuliah. Hal ini perlu mendapat respon dari berbagai pihak.
Tidak mudah mengubah pola pikir hanya dalam jangka waktu singkat yaitu selama
mereka menjalankan pendidikan saja. Disamping itu, perubahan pola pikir ini
bukan saja menjadi tanggung jawab pendidikan tinggi semata. Pihak lain juga
ikut terlibat agar hal ini dapat berhasil seperti peran pemerintah, para
pengusaha, orang tua dan pihak-pihak terkait lainnya (Universitas Muria Kudus,
2012)
Banyak
anggapan bahwa berwirausaha adalah accident, tidak dapat dipelajari dalam
sebuah institusi formal. Anggapan tersebut kurang tepat mengingat pendidikan
formal merupakan tempat di mana manusia dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara maksimal karena lingkungan mendukung hal tersebut. Dalam
hal ini universitas berperan penting, dalam memajukan kewirausahaan di
Indonesia karena disitulah tempat membangun karakter wirausaha (Mien R. Uno
Foundation, 2011).
Pihak perguruan tinggi perlu
menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang kongkrit berdasar masukan
empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna agar dapat
mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini dapat memicu para
mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi tersebut menularkan ilmu yang didapatnya
di bangku kuliah dan seremoni kesuksesan yang telah terjadi para mereka kepada
masyarakat sekitarnya (Universitas Sumatera Utara, 2013)
Menteri
Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Republik Indonesia menyatakan bahwa
kesadaran mahasiswa untuk berwirausaha sangat penting, sebab kesadaran itu akan
berimbas baik terhadap kemajuan perekonomian Indonesia. Hal yang paling
terpenting bagi mahasiswa adalah harus bisa merubah mindset dari mencari pekerjaaan menjadi pencipta lapangan pekerjaan
(Fakultas Syariah Iain Walisongo Semarang, 2013).
Oleh karena itu Universitas Telkom
yang salah satu fakultasnya bergerak di bidang manajemen, dimana memiliki
tujuan menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa serta bekal yang mumpuni untuk
menjadi seorang wirausaha, mengadakan program MOVE (Modal Ventura) yang
bertujuan
untuk memberikan bantuan modal bagi mahasiswa yang ingin memulai berwirausaha
atau mengembangkan bisnis yang sudah dijalankan sebelumnya dan juga untuk
menimbulkan kemauan di benak mahasiswa agar mempunyai keberanian untuk memulai
suatu bisnis. Program ini telah menyelesaikan gelombang pertama dan
menghasilkan tujuh unit rintisan bisnis dari mahasiswa FEB yang sekarang ini
telah bergabung dan diberikan modal untuk menjalankan bisnis mereka. Tujuh unit
rintisan bisnis yang telah terpilih pada gelombang pertama ini antara lain
Street Pasta, Badrun Junior, Mama Clean, Efdi Denim, D’gojis, Mr. Tako, 13th
Shoes. Mereka telah melewati seleksi dan survei sehingga mereka dapat terpilih.
Mereka yang terpilih tentu mereka
yang telah memiliki konsep, model bisnis, dan pengelolaan bisnis yang baik. Untuk
menjadi seorang entrepreneur yang
baik dan sukses tentu tidak hanya membutuhkan kemampuan dan kreatifitas saja,
seorang entrepreneur dituntut untuk
memiliki wawasan yang luas dan kemampuan dalam hal tata kelola yang baik yang
akan membantu dikemudian hari dalam membangun bisnis baru atau pengembangan
bisnis yang telah dijalankannya. Salah satu kemampuan tata kelola yang harus
dimiliki oleh seorang entrepereneur
adalah kemampuan dalam hal penerapan model bisnis yang tentu saja menjadi
konsep dasar dalam pengembangan suatu bisnis. Demikian profil dari tujuh unit
bisnis yang tergabung dalam program MOVE (Modal Ventura) FEB yang akan menjadi
responden dalam penelitian ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.
Bagaimana program MOVE YPT
mempengaruhi pola pikir dan pemahaman mahasiswa berwirausaha?
b.
Bagaimana network yang dibentuk mahasiswa?
c.
Seberapa besar pengaruh pola pikir,
pemahaman dan network secara simultan
terhadap menarik minat mahasiswa untuk berwirausaha?
d.
Seberapa besar pengaruh pola pikir,
pemahaman dan network secara parsial
terhadap menarik minat mahasiswa untuk berwirausaha?
e.
Faktor
apakah yang paling dominan mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mengetahui bagaimana program
MOVE YPT mempengaruhi secara pola pikir dan pemahaman mahasiswa berwirausaha.
b.
Untuk mengetahui network yang dibentuk mahasiswa.
c.
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pola pikir, pemahaman dan network
secara simultan terhadap menarik minat mahasiswa untuk berwirausaha.
d.
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pola pikir, pemahaman dan network
secara parsial terhadap menarik minat mahasiswa untuk berwirausaha.
e.
Untuk mengetahui faktor yang paling
dominan mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar Wirausaha
Istilah kewirausahaan merupakan
padanan kata dari entrepreneurship
dalam bahasa inggris. Kata entrepreneurship
sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha.
Istilah ini diperkenalkan oleh Rihard Cantillon pertama kali pada tahun 1755.
(Ernie, 2010:12)
Begitu
banyak para ahli mendefinisikan wirausaha dalam beragam arti, salah satunya
menurut Hamdani (2010:43) wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki
kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya
serta dia bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan semua
usahanya. Sedangkan menurut Wahyudi (2012:25) semua definisi tentang
entrepreneur memiliki persamaan yaitu entrepreneur selalu memiliki cara kreatif
untuk memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk hasil yang maksimal.
Menurut Schumpeter (Suryana,
2008:13) wirausaha tidak selalu berdagang atau manajer, tetapi seorang unik
yang memiliki keberanian dalam mengambil risiko dan memperkenalkan
produk-produk inovatif serta teknologi baru ke dalam perekonomian.
Maka dari semua teori diatas dapat
disimpulkan bahwa wirausaha ada orang yang memiliki ide unik dan kreatif dengan
memanfaatkan segala sumber daya yang terbatas, lalu berani mengambil risiko
untuk mencoba memperkenalkan ciptaan atau produk baru tersebut untuk masuk ke
dalam perekonomian dengan harapan mendapat hasil yang maksimal.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu sikap, jiwa, dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, bernilai, dan berguna bagi dirinya dan orang
lain (Hamdani 2010:43). Menurut Suryana (2008:2) definisi dari kewirausahaan
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Dan
sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan definisi kewirausahaan menjadi
lebih luas, hal ini dikemukakan oleh Hisrich (Suryana, 2008:13) yang mengatakan
bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk
menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang,
fisik, risiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan
dan kebebasan pribadi.
Dari semua teori yang telah
dijabarkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai, dari ide kreatif
serta sumber daya baik waktu dan uang, diikuti dengan risiko untuk mencapai
kepuasan dan kebebasan.
2.3 Karakteristik Wirausahawan
Para ahli mengemukakan karakteristik
wirausahawan dengan konsep yang berbeda-beda. Scarborough dan Zimmerer
(Suryana, 2008:24), mengemukakan delapan karakteristik wirausaha sebagai
berikut :
a. Desire
for responsibility,
yaitu rasa memiliki tanggung jawab usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung
jawab akan selalu mawas diri.
b.
Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu
rendah maupun yang terlalu tinggi.
c.
Confidence in their ability to succes, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk meraih kesuksesan.
d.
Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
e.
High level of energy,
yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
f.
Future orientation,
yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
g. Skill
of organizing,
yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan seumber daya untuk menghasilkan nilai tambah.
h. Value
of achievement over money,
yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.
Sedangkan Frederick (Wijatno, 2009:22) mengatakan terdapat
17 karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan. Karakteristik tersebut
sebagai berikut :
a.
Komitmen total, determinasi dan
keuletan hati: Mereka yang memiliki komitmen total dan determinasi untuk maju
sehingga dapat mengatasi berbagai hambatan.
b.
Dorongan kuat untuk berprestasi:
Orang yang berani memulai sendiri, tidak bergantung pada orang lain, yang
digerakkan oleh keinginan kuat untuk berkompetisi, melampaui standar yang ada
dan mencapai sasaran.
c.
Berorientasi pada kesempatan dan
tujuan: Memulai usaha dari peluang, memanfaatkan sumber daya yang ada serta
menerapkan struktur dan strategi secara tepat.
d. Inisiatif dan tanggung jawab:
Pribadi yang independen, bergantung pada dirinya sendiri dan secara aktif
mengambil inisiatif.
e. Pengambilan keputusan yang
persisten: Tidak mudah terintimidasi oleh situasi yang sulit.
f.
Mencari umpan balik: Mereka memiliki
keinginan kuat untuk mengetahui bagaimana mereka bertindak dengan benar dan
memperbaiki kinerjanya.
g.
Internal locus of control: Mereka tidak percaya bahwa keberhasilan dan
kegagalan dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan dan kekuatan serupa lainnya.
Mereka percaya bahwa pencapaian yang diperoleh merupakan hasil pengendalian dan
pengaruh diri.
h.
Toleransi terhadap ambiguitas: Entrepreneur selalu menghadapi kondisi
ketidakpastian. Dan entrepreneur dengan toleransi yang tinggi terhadap
ambiguitas akan menanggapi kondisi tersebut dengan upaya-upaya terbaik untuk
mengatasinya.
i.
Pengambilan
risiko yang terkalkulasi: Ketika terlibat dalam suatu bisnis, mereka telah
memperhitungkan dengan pemikiran yang matang.
j.
Integritas
dan reliabilitas: Karakteristik ini merupakan kunci kesuksesan relasi anatara
pribadi dan bisnis yang membuat entrepreneur dapat bertahan lama.
k.
Toleransi terhadap kegagalan: mereka
terus menccari kesempatan karena mereka menyadari bahwa banyak pelajaran yang
dapat dipetik dari kegagalan daripada keberhasilan.
l.
Energi tingkat tinggi: Entrepreneur sering menghadapi beban
kerja yang berat dan tingkat stres yang tinggi. Entrepreneur selalu memiliki energi tinggi untuk menghadapinya.
m.
Kreatif dan inovatif: Kreatifitas
dapat dan dilatih serta merupakan kunci sukses dalam struktur ekonomi masa
kini.
o.
Independen: Meninginkan kebebasan
dalam mengembangkan bisnis.
p.
Percaya diri dan optimis: Selalu
percaya diri dan optimis bahwa mereka dapat mengatasi berbagai kesulitan yang
menghadang.
q. Membangun tim: entrepreneur yang
sukses membutuhkan tim yang handal yang dapat menangani pertumbuhan dan
perkembangan usaha.
Demikian banyak
karakteristik kewirausahaan yang
perlu dimiliki seorang
wirausahawan.
Namun, untuk menjadi seorang
wirausahawan tidaklah harus memiliki seluruhnya, dengan memiliki sebagian dari
karakteristik tersebut pun cukup.
2.4 Proses Kewirausahawan
Menurut Hisrich (Wijatno, 2009: 11)
seorang entrepreneur harus mencari,
mengevaluasi, dan mengembangkan peluang dengan mengatasi kekuatan-kekuatan yang
menghalangi proses kreasi sesuatu yang baru. Proses tersebut mencakup empat
fase, seperti yang akan disajikan pada Gambar 2.1

Identifikasi dan evaluasi
peluang
Pengembangan rencana
bisnis
Penentuan sumber daya
yang dibutuhkan
Pengelolaan perusahaan
yang dibentuk
Gambar 2.1
Proses Entrepreneurial
Sumber: Hisrich (Wijatno, 12:2009)
Fase pertama adalah identifikasi dan
evaluasi peluang. Fase ini merupakan fase yang tersulit karena peluang bisnis
yang bagus tidak muncul begitu saja namun merupakan kejelian entrepreneur terhadap
lingkungannya. Peluang ini kemudian perlu dievaluasi. Kegiatan evaluasi
merupakan elemen paling kritis dalam proses entrepreneurial
karena melalui kegiatan ini entrepreneur
dapat menilai apakah produk tertentu akan memberikan hasil yang memadai dibandingkan
dengan seumber daya yang diperlukan. Peluang ini juga harus sesuai dengan
keterampilan personal dan tujuan seorang entrepreneur.
Fase kedua adalah mengembangkan
rencana bisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan menetapkan sumber daya
yang diperlukan, dan mengelola dengan baik usaha yang terbentuk.
Fase
ketiga adalah menentukan sumber daya yang diperlukan dalam rangka memanfaatkan
peluang yang ada, kemudian berusaha memperoleh sumber daya yang diperlukan.
Fase keempat adalah mengevaluasi
usaha yang terbentuk. Setelah memperoleh sumber daya, entrepreneur menggunakan sumber daya ini untuk mengeimplementasikan
rencana bisnisnya.
2.5 Pola Pikir Kewirausahaan
Pola pikir kewirausahaan menggambarkan cara berpikir inovatif dan energik yang
memanfaatkan peluang dan bertindak untuk mewujudkan
peluang tersebut (Romli, 2013).
Seperti diungkapkan oleh Ahimsa-Putra (Fernandez, 2008) dalam, pola pikir adalah
pengetahuan
suatu masyarakat yang isinya antara lain klasifikasiklasifikasi, aturan-aturan,
prinsip-prinsip yang sebagaimana dinyatakan melalui bahasa.
Seorang wirausaha dicirikan oleh
jiwa yang dimilikinya yang dikembangkan melalui kegiatan praktis berwirausaha
dan kemauan keras untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui
berbagai kegiatan. Dalam memulai usaha dibutuhkan dua faktor penting, yang
pertama skill dan yang kedua adalah mindset entrepreneur (Sari, 2013).
Menurut
Sihombing (2012) jiwa kewirausahaan adalah mendorong suksesnya seseorang
terutama pada era globalisasi dan informasi karena kriteria yang dibutuhkan
oleh pasar adalah para lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa
kewirausahaan.Krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh
bahkan berkurang karena gulung tikar.
Hal ini menuntut para lulusan
perguruan tinggi tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga
harus mampu berperan sebagai pencipta lapangan pekerjaan, Pengusaha memiliki
banyak kesamaan dengan sifat karakter pemimpin dan seringkali dikontraskan
dengan manajer dan administrator yang lebih methodical
dan kurang mengambil resiko. Kemampuan seorang Pengusaha memiliki kepribadian
untuk menanggung resiko, mengambil inisiatif, menciptakan visi, dan mengerahkan
orang lain untuk mengikuti arahan tidak mudah dipelajari ataupun mendapatkannya
untuk mendapatkan kemampuan– kemampuan tersebut seorang pengusaha harus
memiliki jiwa kewirausahaan
Pada
dasarnya pembentukan jiwa kewirausaha-an dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
Beberapa faktor internal yang
berasal dari dalam diri wirausahawan menurut Suranto (2012: 4):
a.
Memiliki kemampuan menulis dengan
baik
b.
Kesadaran wirausaha
c.
Semangat berwirausaha
d.
Menggali kelebihan dan menutupi
kekurangan dirinya
e.
Memiliki jaringan usaha dan
membangun akses pada pihak lain
f.
Memiliki mental mandiri
g. Kreatif dan inovatif
h. Percaya diri
i.
Ulet dan tekun
j.
Tidak mudah menyerah
Sedangkan faktor eksternal berasal
dari luar diri pelaku entrepreneur
menurut Priyanto (Suharti & Sirine, 2011) dapat berupa:
a.
Lingkungan keluarga.
b.
Lingkungan dunia usaha.
c.
Lingkungan fisik.
d.
Lingkungan sosial ekonomi.
2.6 Pemahaman Kewirausahaan
Menurut
Mcnight (Wahyuningsih dan Qamari, 2011) seseorang dikatakan mampu, karena
mempunyai dua konsep dasar, yaitu memiliki pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skill).
Arti dari pengetahuan adalah pemahaman sampai pada kesadaran pikiran manusia
terhadap objek tertentu. Sedangkan kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk
dapat mempengaruhi orang lain dalam sebuah struktur organisasi yang sama.
Artinya, kecakapan adalah perwujudan dari konsep pengetahuan yang dimilikinya
dan merupakan tampilan proses dalam bentuk pelaksanaan.
Secara teori diyakini bahwa
pembekalan pendidikan dan pengalaman kewirausahaan pada seseorang sejak usia
dini dapat meningkatkan potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan.
Beberapa faktor internal
kewirausahaan yang dipengaruhi oleh pendidikan dalam pemberian mata kuliah entrepreneurship dalam bentuk kuliah
umum, ataupun dalam bentuk konsentrasi program studi antara lain Hisrich (Alma,
2007: 8):
a.
Mengerti apa peranan perusahaan dalam
sistem perekonomian.
b. Keuntungan dan kelemahan berbagai
bentuk perusahaan.
c. Mengetahui karakteristik dan proses
kewirausahaan.
d.
Mengerti perencanaan produk dan
proses pengembangan produk.
e.
Mampu mengidentifikasi peluang
bisnis dan menciptakan kreativitas serta membentuk organisasi kerjasama.
f.
Mampu mengidentifikasi dan mencari
sumber-sumber.
g.
Mengerti dasar-dasar: marketing,
financial, organisai, produksi.
h.
Mampu memimpin bisnis, menghadapi
tantangan masa depan.
Pendidikan formal dan pengalaman bisnis kecil-kecilan yang
dimiliki seseorang dapat menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang
berhasil (Alma, 2007: 7).
2.7 Network
(Jejaring) Kewirausahaan
Kemampuan ikatan jejaring (network ties) menghubungkan para pelaku
dengan berbagai usaha misal partner usaha, teman, agen, mentor untuk
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan misalnya informasi, uang, dukungan
moral para pelaku jejaring (Susilowati & Taufan, 2013)
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi jejaring
wirausaha:
a.
Jejaring sosial atau hubungan baik
dengan famili, teman, kenalan sehingga mendapatkan informasi dan dukungan.
b.
Jejaring pendukung misal agen-agen,
perbankan, pemerintah, perguruan tinggi, litmas.
c.
Jejaring antar perusahaan.
Minat
merupakan aspek psikologis untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap
kegiatan tertentu dan menjadi faktor pendorong untuk mencapai tujuan.
Minat berwirausaha adalah
kecenderungan untuk tertarik dan menyenangi terhadap aktivitas yang dipilihnya
sehingga invidu akan menaruh perhatian yang lebih besar dan akan lebih giat
melakukan aktivitas yang dipilihnya tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada
dengan bekal kemandirian, kreatif, inovatif, keuletan, dan keberanian.
Beberapa faktor internal, yaitu
faktor yang bersumber dari dalam individu itu sendiri menurut
Adi Susanto (Mahesa & Rahardja, 2012), yang meliputi:
a.
Keinginan merasakan pekerjaan bebas
b.
Keberhasilan diri yang dicapai
c.
Toleransi akan adanya risiko.
Sedangkan faktor-faktor eksternal
menurut Crow & Crow (Pamungkas, 2007),, yaitu faktor yang bersumber dari
luar individu meliputi:
a.
Jenis kelamin
b.
Usia
c.
Tingkat pendidikan
Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 1988 dalam Kasmir (2012:281) mendefinikan Perusahaan
Modal Ventura sebagai “Badan usaha yang
melakukan suatu pembiayaan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan.”
Kasmir (2012:280) menyatakan bahwa
modal ventura adalah “perusahaan modal
ventura yang berani melakukan
investasi di mana investasi tersebut mengandung suatu risiko tinggi.” Risiko tinggi dalam melakukan investasi ini di
putuskan dengan berbagai pertimbangan, hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan
didirikannya perusahaan modal ventura yaitu untuk melakukan penyertaan modal
dalam suatu usaha yang mengandung risiko tinggi. Meskipun risiko yang dihadapi
tinggi, perusahaan ventura mengharapkan keuntungan yang tinggi juga dari
kegiataan penyertaan modal ini berupa capital
gain atau deviden dari perusahaan pasangan usaha (PPU) atau investee company.
Modal
ventura merupakan lembaga keuangan lain yang berbeda dengan lembaga keuangan
bank. Perbedaan tersebut terlihat dari cara penyertaan dalam pembiayaan suatu
usaha atau perusahaan. Jika bank hanya melakukan pembiayaan tanpa terlibat
langsung dan masuk ke dalam usaha atau perusahaan yang dibiayai, sedangkan modal
ventura memberikan pembiayaan dengan penyertaan langsung ke dalam usaha atau
perusahaan yang dibiayai. Selain perbedaan mendasar tersebut. Kasmir (2012:281)
menjelaskan bahwa kegaitan modal ventura memiliki karakteristik tersendiri
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Kegiatan yang dilakukan bersifat
penyertaan langsung ke suatu perusahaan.
2.
Penyertaan dalam perusahaan bersifat
jangka panjang dan biasanya diatas tiga tahun.
3.
Bisnis yang dimasuki merupakan
bisnis yang memiliki risiko tinggi.
4.
Keuntungan yang diperoleh berasal
dari capital gain, deviden atau bagi hasil tergantung dari
penyertaan modalnya di bidang jenis yang diinginkan.
5.
Kegiatannya
lebih banyak dilakukan dalam usaha pembentukan usaha baru atau pengembangan
suatu usaha.
Keputusan untuk berinvestasi dan melakukan penyertaan dalam
suatu usaha yang memiliki
risiko tinggi dilakukan oleh
perusahaan modal ventura dengan penuh pertimbangan, meski dalam suatu investasi
yang mengandung risiko tinggi, akan mengakibatkan tingginya tingkat kerugian
yang akan dialami. Tetapi hal ini sejalan dengan tujuan utama didirikannya
perusahaan modal ventura, yaitu untuk membiayai suatu usaha yang mengandung
risiko tinggi (Kasmir 2012:283).
Secara garis besar maksud dan tujuan pendirian modal ventura
antara lain sebagai berikut:
a.
Pengembangan
suatu proyek, contohnya proyek penenlitian yang lebih bersifat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, tanpa memikirkan adaya keuntungan.
b.
Pengembangan suatu teknologi atau
produk baru. Pembiayaan untuk usaha ini akan memperoleh keuntungan dalam jangka
panjang.
c.
Pengambilalihan
kepemilikan suatu perusahaan yang lebih banyak diarahkan untuk mencari
keuntungan.
d.
Kemitraan
yang bertujuan unutk membantu para pengusaha yang lemah modal dan kesulitan
dalam memperoleh pinjaman karena tidak adanya jaminan materil.
e.
Pengalihan teknologi dari yang lama
ke teknologi baru yang akan meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produk
suatu perusahaan.
f.
membantu perusahaan yang mengalami
kekurangan likuiditas
g.
Membantu pendirian perusahaan baru,
dimana tingkat risiko kerugiannya sangat tinggi.
Dalam kegiatan kerjasama penyertaan
modal berisiko tinggi ini, baik perusahaan modal ventura maupun perusahaan
pasangan usaha (PPU) sama- sama menginginkan adanya keuntungan dan berbagai
manfaat. Kasmir (2012:284) menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh oleh
masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan modal ventura adalah sebagai
berikut.
1.
Bagi perusahaan modal ventura
a. Memperoleh keuntungan berupa deviden dari penyertaan modal dalam
bentuk saham.
b. Memperoleh keuntungan berupa capital gain dari selisih antara
transaksi penjualan dan pembelian surat-surat berharga (saham).
c.
Memperoleh keuntungan berupa bagi
hasil untuk usaha tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
2.
Bagi perusahaan pasangan usaha (PPU)
a.
Membantu penambahan modal bagi usaha
yang mengalami kekurangan modal.
b.
Pengalihan teknologi dari yang lama
ke teknoogi baru sehingga dapat membantu dalam peningkatan kapastas produksi
dan mutu produk.
c.
Membantu pengembangan usaha melalui
perluasan pasar dan diversivikasi usaha.
d.
Mengurangi risiko kerugian karena
risiko ditanggung bersama
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk
menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan
kelompok sehingga diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya
kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa
masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Sarwono, 2006: 9).
Dalam membuat suatu penelitian
tentunya kita harus mengetahui kerangka pemikiran yang menggambarkan secara
jelas pemikiran yang telah digambarkan ke dalam konsep yang lebih sederhana
untuk lebih memahami inti dari masalah dalam penelitian. Berikut adalah
kerangka pemikiran dari penelitian ini :
3.
Pembahasan
4.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada
responden terdiri dari 100 responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Telkom. Hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat
menjawab empat rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam penelitian ini
sehingga mampu menghasilkan kesimpulan :
1.
Program MOVE mempengaruhi pola pikir
mahasiswa berwirausaha melalui wawasan yang lebih terbuka setelah mengenal
program MOVE. Hal ini menjadi faktor yang terbesar dan memiliki kontribusi
terbesar dalam membentuk pola pikir mahasiswa berwirausaha yang baik. Sementara
itu, Program MOVE mempengaruhi pemahaman mahasiswa berwirausaha melalui
mengetahui proses menjalankan wirausaha. Hal ini menjadi faktor yang terbesar
dan memiliki kontribusi terbesar dalam membentuk pemahaman mahasiswa
berwirausaha yang baik.
2. Network
mahasiswa dalam berwirausaha
dibentuk melalui hubungan sosial dengan teman diluar kampus. Menjalin hubungan sosial dengan teman diluar kampus dapat
menunjang usaha yang akan dijalankan mahasiswa.
3.
Pola pikir, pemahaman dan network secara simultan berpengaruh
untuk menarik minat mahasiswa berwirausaha. Hal ini dibuktikan dengan hasil
analisis jalur yang menunjukkan bahwa pengaruh total terhadap Minat Wirausaha
yang meliputi variabel Pola Pikir,
Pemahaman, dan Network adalah sebesar 48.96%.
4. Pola pikir, pemahaman dan network secara parsial berpengaruh untuk
menarik minat mahasiswa berwirausaha. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis
jalur yang menunjukkan bahwa pengaruh total variabel Pola Pikir terhadap Minat
Wirausaha adalah sebesar 20.44%, pengaruh total variabel Pemahaman terhadap
Minat Wirausaha adalah sebesar 19.05%, dan pengaruh total variabel Network terhadap Minat Wirausaha adalah
sebesar 9.47%.
5.
Faktor yang paling dominan
mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha adalah pola pikir mahasiswa
dalam berwirausaha. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi Pola Pikir terhadap
Minat Wirausaha adalah sebesar 20.44% dari 48.96% total pengaruh yang ada
terhadap variabel
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola pikir, pemahaman dan network
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha, hal ini berarti
pola pikir, pemahaman dan network
dapat menurunkan juga meningkatkan minat berwirausaha. Jadi penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi program MOVE YPT untuk lebih memperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan pola pikir, pemahaman dan network sehingga minat berwirausaha dapat ditingkatkan.
2) Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis
memberi beberapa saran perbaikan untuk meningkatkan minat berwirausaha guna
menjadikan program MOVE YPT menjadi lebih baik lagi
a.
Untuk meningkatkan pola pikir
Program MOVE YPT dapat meningkatkan
pola pikir untuk minat berwirausaha dengan memasukkan informasi akan program
MOVE melalui mata kuliah Entrepreneurship,
sehingga mahasiswa pun akan lebih mengetahui akan adanya program yang menunjang
minat mahasiswa di kampus mereka dimana program tersebut dapat memberikan
gambaran yang dapat meningkatkan pola pikir mereka akan dunia entrepreneur.
b.
Untuk meningkatkan pemahaman
Program
MOVE YPT dapat meningkatkan pemahaman untuk minat berwirausaha dengan cara
menambah program baru pada MOVE YPT yaitu bukan lagi untuk pengembangan bisnis,
melainkan mengajak mahasiswa yang bahkan belum memiliki bisnis apapun, cukup
sebuah ide bisnis, dengan diberi arahan melalui kegiatan praktek usaha ,
sehingga akan meningkatkan pula peluang tumbuhnya entrepreneur baru.
c. Untuk meningkatkan network
Program MOVE YPT dapat meningkatkan network untuk minat berwirausaha dengan
mengadakan gathering dengan program-program bantuan permodalan lain yang ada di
kota Bandung, guna bertukar pikiran, ide dan network pun lebih terbentuk luas.
Daftar Pustaka
Alma, Buchari. (2008). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum.
Bandung: Alfabeta. Fakultas Syariah Iain Walisongo Semarang. (2013). Menteri Koperasi Motivasi Mahasiswa Berwirausaha. [Online]. Tersedia:
http://fsei.walisongo.ac.id/?p=355 [24 September 2013]
Hamdani . (2010). Entrepreneurship:
Kiat Melihat & Memberdayakan Potensi Bisnis. Yogyakarta:
Starbooks.
Inggarwati, Komala dan Kaudin,
Arnold. (2010). Peranan Faktor-Faktor
Individual Dalam Mengembangkan Usaha,
3(2), 185-202. Diambil dari Jurnal Manajemen Bisnis.
Kasmir. (2012). Bank
dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi, Cetakan Ke-11). Jakarta:
Rajawali Pers.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2013). Pedoman Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) Tahun 2013.
[Online]. Tersedia: http://www.dikti.go.id/?p=8303 [26 Februari 2013]
Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia. (2013). Kembangkan
Wirausaha,
214 Perusahaan Multinasional Diminta Berpartisipasi. [Online]. Tersedia:
http://www.ekon.go.id/berita/view/kembangkan-wirausaha-214.220.html#.Uuogv81Y73E
[16 September 2013]
Mien R. Uno Foundation. (2011). Menciptakan Lingkungan Kewirausahaan di
Kampus. [Online]. Tersedia:
http://mruf.org/menciptakan-lingkungan-kewirausahaan-di-kampus/ [28 Oktober
2011]
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu
(2009). Metodologi Penelitian
(Cetakan Ke-10). Jakarta: Bumi Aksara.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif &
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis 1 (4th
Ed). Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for Business (Metode Penelitian Untuk Bisnis) Buku 1
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Shell Indonesia. (2013). Shell LiveWIRE Business Start-up Awards 2013.
[Online]. Tersedia:
http://www.shell.co.id/id/aboutshell/media-centre/news-and-media-releases/2013/shell-livewire-bsa-2013.html
[5 Desember 2013]
Sinarasri dan Hanum. (2012). Pengaruh Mata Kuliah Entrepreneurship
Terhadap Motivasi Berwirausaha.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta.
Sugiyono. (2008). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Suryana. (2008). Kewirausahaan,
Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Edisi 3). Jakarta:
Salemba Empat.
Wahyudi, Sandy. (2012). Entrepreneurial
Branding dan Selling; Road Map Menjadi Entrepreneur
Sejati. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijatno, Serian. (2009). Pengantar Entrepreneurship.
Wirusaha-net. (2011). Perkembangan Kewirausahaan di Indonesia. [Online].
http://wirausaha.net/startup/3027-perkembangan-kewirausahaan-di-indonesia.html
[24 Maret 2011] Wirausaha Mandiri. (2007). Latar
Belakang. [Online]. Tersedia:
http://wirausahamandiri.co.id/tentang-latar-belakang-13.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar