@S11-AZIZ
Di Susun oleh Azis Ramadhan 41619110026
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada
dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh masyarakat. Adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. yakni
kebijakan outward looking yang lebih menekankan kepada upaya mendorong tercipta
perdagangan bebas melalui strategi promosi ekspor
Strategi
inward looking dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang
memproduksi barang-barang pengganti impor. Sedangkan strategi outward looking
didasari oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa
direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar
ekspor. Jadi, berbeda dengan strategi inward looking, dalam strategi outward
looking tidak ada diskriminasi pemberian insentif dan kemudahan lainnya dari
pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi ke pasar domestik, maupun
industri yang berorientasi ke pasar ekspor (Tambunan, 2001).
Tambunan
(2001) menjelaskan bahwa dalam penerapan strategi inward looking, impor barang
dikurangi atau bahkan dikurangi sama sekali. Pelaksanaan strategi inward
looking terdiri atas dua tahap. Pertama, industri yang dikembangkan adalah
industri yang membuat barang-barang konsumsi. Untuk membuat barang-barang
tersebut diperlukan barang modal, input perantara, dan bahan baku yang di
banyak negara yang menerapkan strategi ini banyak tidak tersedia sehingga harus
tetap diimpor. Dalam tahap kedua, industri yang dikembangkan adalah industri
hulu (upstream industries). Pengalaman menunjukkan bahwa tahap pertama ternyata
lebih mudah dilakukan. Sedangkan dalam transisi ke tahap berikutnya banyak
negara menghadapi kesulitan. Dalam banyak kasus, industri yang dikembangkan
menjadi high-cost industry. Seiring melemahnya harga minyak, kebijakan dari
tujuan yangpengeluaran pemerintah, investasi dan net ekspor.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Apakah
kebijakan outward looking efektif untuk diterapkan di Indonesia untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2. Bagaimana peranan ekspor berdasarkan sektoral
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Adapun
bagian kedua pada penelitian ini akan disajikan mengenai metode penelitian.
Bagian ketiga mengenai hasil dan pembahasan. Bagian selanjutnya adalah simpulan
serta diakhiri dengan daftar pustaka.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan,
khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gambaran tingkat
perkembangan ekonomi terjadi. Pertumbuhan ekonomi secara rinci dari tahun ke
tahun disajikan melalui Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha secara berkala. Perkembangan PDB Indonesia secara
triwulan sejak tahun 1993 – 2016 disajikan pada Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia berfluktuatif sejak tahun 1993-2016. Pertumbuhan ekonomi menurun
sangat tajam dan mengalami nilai paling rendah saat kuartal 3 tahun 1998 yang
disebabkan oleh krisis moneter yang dialami Indonesia. Namun setelah tahun
tersebut, pertumbuhan ekonomi meningkat kembali. Selanjutnya, pertumbuhan
ekonomi Indonesia kembali mengalami fluktuasi, namun Indonesia masih memiliki
tren pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Perkembangan Ekspor Pertumbuhan ekonomi yang
ditandai dengan laju pertumbuhan PDB terdiri dari berbagai macam variabel,
diantaranya yaitu pengeluaran pemerintah, PMTB, Ekspor dan Impor. Share yang
dimiliki oleh masing-masing variabel tersebut terhadap PDB dapat dilihat pada
Gambar 2.
PEMBAHASAN
Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) terhadap nilai ekspor Indonesia masih cukup rendah. Per Januari 2020,
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat sumbangsih UKM terhadap total ekspor
hanya ada pada kisaran 14,5%.
Angka ini masih tertinggal jauh
dibanding Malaysia dan Vietnam yang masing-masing telah mencatat angka di atas
20%, sementara Thailand malah sudah mencapai 35%. Angka tersebut akan terlihat
lebih kecil lagi bila dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 55%, Korea 60%,
dan Cina 70%.
Padahal peluang ekspor UKM di
Indonesia masih terbuka lebar. Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2020
mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,09 miliar. Sebagian besar
ekspor tersebut ditopang oleh ekspor non migasi yakni sekitar US$13,25 miliar,
dengan pertumbuhan yang terus meningkat.
Ekspor non migas Indonesia didominasi
oleh sektor pertanian yang tumbuh 6,1% pada periode tersebut. Adapun beberapa
hasil ekspor yang meningkat diantaranya seperti tanaman obat, aromatik,
rempah-rempah, buah-buahan, serta sarang burung. Kita tahu, sektor-sektor
tersebut banyak dikembangkan oleh pelaku UKM.
Keunggulan UKM
dibanding bisnis besar
Mengapa peluang untuk
UKM menembus pasar ekspor dikatakan masih sangat besar? Selain pangsa
pasarnya memang ada, hal ini juga tidak terlepas dari beberapa keunggulan yang
dimiliki UKM.
Kecepatan inovasi
UKM memiliki kebebasan
lebih dibandingkan bisnis besar. Karena struktur organisasinya masih ramping,
UKM bisa menyalurkan ide-ide secara kreatif dan inovatif dengan leluasa. Produk
atau ide-ide baru tersebut dapat dirancang, digarap dan diluncurkan dengan
segera.
Menyerap lapangan
kerja
Pemerintah dan
masyarakat pun juga banyak diuntungkan oleh UKM. Usaha ini menyerap tenaga
kerja secara masif. Keberadaannya pun tersebar hingga ke pelosok-pelosok. Maka
dari itu tidak heran usaha kecil menengah menjadi salah satu kekuatan penggerak
roda perekonomian di suatu negara. Karena kelebihan ini, banyak program-program
yang sifatnya penguatan hingga bantuan ditujukan bagi UKM. Tentu saja ini
menjadi peluang besar bagi pelaku usaha kecil.
Fokus dalam satu
bidang
UKM tidak perlu
untuk selalu mengikuti permintaan pasar seperti layaknya perusahaan besar yang
selalu mengikuti arus pertumbuhan jaman. Usaha ini dapat fokus dalam satu
bidang usaha tertentu. Untuk mengembangkan usahanya, pemilik bisa menghadirkan
inovasi-inovasi atau ide kreatif yang bisa diaplikasikan pada produk yang
dijual.
Contohnya, sebuah
usaha kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu model atau jenis kerajinan
tertentu dan cukup melayani permintaan konsumen tertentu untuk bisa mendapatkan
keuntungan.
Bebas menentukan harga
Usaha kecil menengah
memiliki kekuatan lebih dalam menentukan harga barang maupun produksi jasa
dibandingkan dengan usaha besar. Hal ini karena pemilik UKM sendirilah yang
memegang aset dan sumber kekayaan juga hasil produksi sehingga mereka lebih leluasa
dalam menentukan harga barang yang mereka jual ke pasaran.
Operasional fleksibel
Usaha kecil menengah
biasanya dikelola oleh tim kecil yang masing-masing anggotanya memiliki
wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini lah yang membuat pergerakan UKM
lebih fleksibel dan membuat para karyawan yang bekerja memiliki ruang gerak dan
ruang berpikir yang lebih luas. Selain itu, kecepatan reaksi bisnis ini
terhadap segala perubahan seperti trend produk, selera konsumen,dll cukup
tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif.
Biaya operasional
rendah
Kebanyakan usaha kecil
menengah bekerja dari domisilinya masing-masing tanpa memiliki ruang
perkantoran yang tetap. Meski begitu, hal ini juga dapat menjadi salah satu
keuntungan bagi UKM. Mengapa?
Karena biaya
operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak terlalu besar. Apabila
dilihat lebih jauh lagi, usaha kecil menengah mendapatkan biaya sokongan dari
pemerintah, organisasi non-pemerintah dan bank dalam bentuk kemudahan pajak,
donasi atau uang tunai secara langsung. Faktor ini menjadi dukungan besar bagi
para usahawan yang menjalankan usaha kecil menengah.
Kelemahan yang harus
diatasi
Namun demikian ada
beberapa tantangan yang hingga saat ini menjadi membayang-bayangi perkembangan
UKM di tanah air. Titik lemah tersebut menjadi tantangan yang harus segera
diatasi baik oleh pelaku UKM itu sendiri maupun pemerintah sebagai pengambil
kebijakan. Beberapa tantangan yang harus diatasi diantaranya:
Modal relatif terbatas
Permodalan UKM
biasanya hanya bersumber dari pemilik usaha saja. Oleh karena itu jumlahnya
menjadi relatif terbatas. Untuk mengatasinya UKM perlu mengakses permodalan
dari lembaga pembiayaan, seperti bank.
Manajemen SDM
Karena memiliki
lingkup kerja bisnis yang lebih kecil, pemilik UKM akan kesulitan dalam
pembagian kerja yang proposional pada karyawan. Hal ini terjadi karena biasanya
bisnis usaha ini memiliki karyawan yang terbatas sehingga mereka terkadang
harus melakukan dua atau lebih pekerjaan sekaligus hingga terkadang bekerja
melewati batasan jam kerja.
Selain itu,
terbatasnya pekerja juga bisa menimbulkan masalah, salah satunya adalah ketika
pekerja mengundurkan diri atau berhenti secara tidak langsung akan membuat
pemilik kesulitan dalam mencari pengganti pekerja. Tidak hanya itu, hal ini
juga akan memakan waktu yang mana bisa menyebabkan jalannya produksi bisa
terhambat.
Tekanan kompetitor
Berbeda dengan bisnis
besar yang penguasaan pasarnya lebih stabil, UKM sering kali mengalami tekanan
dari kompetitor bisnis yang serupa. Contohnya seperti apabila bisnisnya
menerima order dalam jumlah yang besar tanpa adanya daya produksi yang
mengimbangi, ada kemungkinan perusahaan lebih besar melancarkan serangan yang
tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya.
Tenaga ahli
profesional
Kekurangan terakhir
adalah dari sisi tenaga ahli. Usaha kecil menengah kebanyakan tidak mampu
untuk membayar jasa tenaga ahli untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang
disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki. Hal ini merupakan kelemahan
terbesar pelaku UKM apabila dibandingkan dengan bisnis besar yang mampu
mempekerjakan orang yang sudah ahli dalam bidangnya. Akibatnya, kemampuan
bersaing bisnis skala kecil di pasar yang luas menjadi sangat kecil.
Persiapan untuk
menembus pasar ekspor
Pelaku UKM perlu mencermati
informasi yang berkaitan dengan perbedaaan tingkat harga antar negara. Biasanya
komoditi ekspor memiliki harga yang lebih tinggi di negara tujuan dibandingkan
di pasar domestik. Sehingga UKM ekspor cenderung memiliki omzet yang lebih
tinggi dibandingkan UKM non-ekspor meskipun kedua perusahaan memiliki tingkat
produksi yang sama.
Namun ada beberapa
risiko yang perlu dipertimbangkan pelaku UKM antara lain fluktuasi mata uang
dan biaya adaptasi seperti alat promosi yang mahal. Serta hambatan tarif dan
non-tariff yang diberlakukan negara tujuan ekspor.
Hal-hal lain yang
harus dipertimbangkan pelaku UKM dalam rangka memasuki pasar global, antara
lain:
- Ekonomi, potensi nilai pasar
yang bisa menerima di negara tujuan ekspor.
- Hukum, peraturan – peraturan untuk
barang impor di negara tujuan.
- Politik, situasi politik negara
tujuan ekspor seperti kondisi keamanan, dan sanksi dari negara lain.
- Budaya, kesamaan budaya,
penerapan halal produk.
Dalam kaitan dengan
kegiatan ekspor, maka sumber daya UKM perlu tambahan untuk hal-hal berikut:
- Personel untuk administrasi dan
pemasaran ekspor
- Modal investasi untuk
peralatan/permesinan khusus
- Modal kerja untuk mengatasi
masalah tenggat waktu pembayaran,
- UKM yang melakukan ekspor
memerlukan skala usaha yang lebih besar dibandingkan dengan UKM yang
berorientasi pasar domestik.
Fefressi
https://hrdspot.com/blog/strategi-membuka-peluang-pasar-ekspor-bagi-pelaku-ukm/
file:///C:/Users/PT.%20DSI-32/Downloads/22403-69121-1-PB.pdf
file:///C:/Users/PT.%20DSI-32/Downloads/248-Article%20Text-724-1-10-20191218.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.