Desember 13, 2021

Penentuan Lokasi Usaha Camilan

 Penentuan Lokasi Usaha Camilan

oleh : Iip Purwasih @S20-IIP


        Cita-cita awal saya menjadi seorang arsitek, bermimpi menjadi Zaha Hadid kedua di dunia, akan tetapi, semenjak kedua orang tua berpisah, dan Ibu menjadi tulang punggung keluarga, rasanya cita-citanya hanya akan menambah beban Ibu saya, terlebih adik yang juga masih menempuh pendidikan dan membutuhkan biaya lebih penting dari biaya kuliah saya. Lulus SMA, hanya berbekal STL (Surat Tanda Lulus) dari SMA saya di jemput ke Lampung oleh kakak dan 2 hari setelah pembangian STL saya memberanikan diri untuk berkerja di Jakarta. saat itu saya tinggal bersama kakak perempuan disana, tepatnya di Jl. Hj. Saikin, Lebak Bulus-Jakarta Selatan, dan 2 hari sampai disana, saya mengikuti interview untuk berkerja selama bulan Suci Ramadhan. Alhamdulillah saya di terima sebagai SPG perbantuan selama 1 bulan di Matahari Departement Store, ini adalah pengalaman pertama saya untuk dunia pekerjaan serta perngalaman pertamana saya merayakan hari Raya Idhul Fitri jauh dari keluarga. 

        Perkerjaan pertama selesai tidak dua bulan kemudian mendapatkan tawaran menjadi SPG tetap di brand Graphis yang masih bekerja sama dengan Matahari Departement Store yang bertempat di Lippo Mall Kemang-Jakarta Selatan, ini pertama kalinya saya kos bersama teman, dan kebetulan Matahari yang berada di Lippo Mall Kemang sendiri baru dibuka, hingga 2 bulan saya bekerja pengunjungnya masih terlalu sepi, hingga supplier saya meminta saya di rolling ke Store yang berada di Blok M karena SPG di Blok M hanya 1 orang. Karena Ibu saya terlalu kawatir dan menurutnya Blok M sendiri terlalu jauh untuk jangkauan kakak saya, akhirnya saya di minta pulang oleh Ibu di akhir tahun 2016.

        Pertengahan Januari 2017 saya beserta adik pergi ke rumah kakak yang di serang, dan Ibu menemani saya untuk mencari pekerjaan sekitar serang saja, karena terlalu khawatir jika saya harus di lepas di kota metropolitan Jakarta. Hampir 2 bulan saya mengirim lamaran ke tiap lowongan yang di buka di daerah serang, hingga pada tanggal 12 Maret pagi saya mendapatkan email untuk melakukan interview di salah satu dealer mobil di serang. Saat sedang mempersiapkan untuk interview besok hari, pada malam harinya kakak saya berserta istirnya datang ke rumah kakak saya yang pertama untuk memberikan surat panggilan interview di sebuah pabrik sepatu terbesar di Asia Tenggara, PT. NIKOMAS GEMILANG. Disini saya memulai hidup yang lebih baik. Sedikit minder sebab yang datang untuk test sampai 1000 orang, awalnya tujuan saya masuk adalah yang penting kerja dan dapat uang, hingga HRD menanyakan bagi siapa yang bisa mengoprasikan computer untuk pindah ke barisan yang disediakan, awalnya saya ragu, namun kenalan di sebelah saya meyakinkan untuk saya mencoba testnya. Terkumpul hingga 200 orang, di beritahukan bahwa jika saat di test ternyata kami tidak bisa, kami akan langsung di pulangkan dan tidak akan di terima lagi walau untuk produksi, sempat getir namun seseorang di sebelah saya menarik lengan saya dan meminta saya untuk tetap mencobanya, munkin sudah takdirnya begitu sayapun menuruti orang tersebut, hingga tersiskan sekitar 60 orang yang mau di test. Sebelum melakukan test computer kami diminta untuk melakukan prikotest dan tes tertulis lainnya, dari 60 orang tersebut diambil 8 orang dengan nilai tertinggi termasuk saya, 2 orang di test pertama di gedung tooling, dan kami 6 orang di bawa ke development center Adidas, dimana saya masih terpukau melihat office yang biasa saya lihat di TV namun sekarang saya menginjakkan kaki disini. 6 orang tadi dibagi menjadi 2 team, 1 team test Microsoft excel yang mana saya sama sekali tidak mengerti karena saya belum pernah menggunakannya dan memang sepertinya sudah takdirnya, saya masuk team yang di test bahasa inggris. Semakin panic dan takut membuat kecewa, saat saya paling terakhir menyelesaikan test dan waktu sudah habis namun saya belum selesai, dan muka saya paling pucet karena paniknya serta paling terakhir di interview. Alhamdulillah, saya menjadi salah 1 anak yang di terima di bagian staff sebagai asisten developer di tempat itu.

        Tidak sampai di situ, adaptasi di tempat itu membuat saya ingin menyerah, hamper setiap hari menangis dan ingin resign hingga akhirnya mulai membaik dan saya bisa melanjutkan kuliah sejak bekerja di sana, 2018 saya mendatangi beberapa kampus di Jakarta untuk mengambil progam studi Arsitektur, namun kakak saya menentang saya karena biaya yang di keluarkan akan banyak dan takut saya merepotkan semua orang, sehingga saya memilih mengambil desain interior, namun bukan takdir saya, 3 kampus swasta di Jakarta yang saya datangi ternyata tidak membuka kelas di tahun ajaran itu karena pemintat di kelas karyawan tidak banyak. Saya bersama teman saya dengan modal uang pendaftaran dan uang pinjaman daftar ulang yang di berikan teman masih meminta petunjuk dan duduk berdua di Masjid Universitas Mercu Buana meminta petunjuk untuk di lanjutkan atau kami pulang, hingga selepas melaksanakan sholat sunnah kami saya mengingat tentang desainer Adidas yang terlihat pekerjaannya menyenangkan, kami berdua mantab untuk mengambil desain produk dan saya mengajukan pindah fakultas karena sebelumnya nekat mengambil Teknik Arsitektur.

        Pertentangan Ibu yang marah karena saya nekat meneruskan kuliahpun terjadi, namun nasi sudah menjadi bubur, kuliah berjalan, dan teman sekelas menawarkan kerja sama untuk membuat kaos. Kami membuat logo dan desain sendiri, mencari beberapa toko baju di sekitar Jakarta untuk menemukan kaos terbaik serta percetakan terbaik namun tetap sesuai kantong Page 4 of 39 yang kami miliki, brand tersebut akhirnya tercetus namanya CATURA diambil dari bahasa Hindi. Kami diberi suntikan modal oleh kakak teman saya, kami berdua beberapa kali meeting untuk merevisi desain yang ada, setelah desain fix kami mendatangi toko percetakan dan jadilah baju cetakan pertama kami, di jual di sekitar tempat kerja dan teman kampus, habis hingga di percetakan kedua.




        Ujian datang lagi saat teman sekelas saya meminta saya menjadi desainer untuk motif pattern brand hijabnya, dijanjikan kerjasama dengan gaji yang lumayan membuat saya besar kepala dan nekat resign dari tempat kerja yang sudah saya jalani hamper 3 tahun, hingga di percetakan ke 4 brand kaos yang saya dan teman saya buat mulai sepi peminat dank arena kesibukan UAS, kami berdua break untuk membuat kaos lagi, dan teman saya membatalkan kerja sama, ujian berat dimana uang tabungan sudah habis, dan biaya 1 semester masih menunggak 4 bulan, mencari kerjaan lagi dan meminta semua teman membantu, semua saya coba, hingga tidak ada satupun gaji yang ditawarkan masuk akal, dalam artian perusahan di Jakarta hanya bisa memberi saya gaji 1,8jt dan paling tinggi 3jt. Menyerah? Jelas, saya putus asa, dan mengajukan cuti di kampus, menumpang di rumah kakak (lagi) dan kadang di kosan teman. Teman saya kasihan dan dia membantu saya untuk ikut program Magang Bakti BCA, namun saying, saya gagal di test pertama. Tidak menyerah membantu saya, teman saya mengajukan saya untuk bergabung di teamnya bagian HR di bank BCA kontrak selama 1 tahun, saya melakukan interview dan saya di terima pada bulan Juli 2019 namun saya bisa bekerja di bulan November, karena menunggu karyawan habis kontrak dulu. Akhir juli saya di hubungi oleh developer saya di tempat kerja sebelumnya, dan menawarkan saya pekerjaan di PT. PARKLAND WORLD INDONESIA, sebagai staff swatch book, karena dia juga baru 1 tahun pindah disitu dan belum memiliki team swatch book. Alhamdulillah saya di terima dan mendapatkan gaji dua kali lipat dari tempat kerja saya sebelumnya, 1 tahun bekerja dengan kinerja yang mereka anggap baik, saya di naikkan posisinya sebagai staff Product Data Management (PDM) di Adidas. Hidup berhasil berjalan seperti sebelumnya, saya berhasil masuk ke kampus lagi dan melunasi biaya tunggakan saya. Lagi-lagi corona datang dan gaji saya berkurang sekitar 30%. Memutar otak karena kebutuhan kuliah makin banyak, saya menawarkan jasa “PALUGADA” (apa lu mau gua ada), mulai dari membuat boquet, repaint sepatu, custom sepatu, kaos, totebag, membuat mahar, membuat ring box, memotret di hari pertunangan, membuat backdrop tunangan dan saya memulai bisnis baru dengan teman saya, menjual aneka makanan ringan dengan merek yang kami buat “NGEUNEP”, diambil dari bahasa Majalengka yang berarti enak, karena awalnya camilan semua berasal dari daerah Majalengka dari umbi-umbian, yaitu Kripik Kentang, Stick Talas, Opak Singkong, Kripik Kaca, Kecimpring, Keripik Cireng, dan masih banyak lagi, hingga sekarang sudah bukan dari umbi-umbian lagi, kami mengambil di salah 1 supplier dan melakukan repackaging dan memberi merek sendiri untuk jualan kami.
        Dipacking menggunakan plastik pouch berukuran 12x20 cm, yang di beri tempelan stiker, dan kami memasarkannya di sekitar area tempat kerja dan juga menitipkannya di tokotoko. Alhamdulillah bisnis ini cukup membantu keuangan kami, kami berharap bisa membesarkan bisnis ini, dan saya ingin mencoba bisnis lain yaitu mecentak undangan dan membuat baju, namun ini masih dalam tahap pengumpulan dana untuk modal, semoga tahun ini, salah satunya bisa terwujud.


        Menurut saya pribadi, salah satu penempatan lokasi usaha sangatlah penting, seperti yang baru saya sedang saya mulai, yaitu Camilan Ngeunep, yang saya juga di antara rekan kerja, yang mana notabenenya mereka suka bekerja di temani oleh camilan agar mereka bisa lebih santai dan tidak gampang ngantuk saat bekerja.




Refensi : Tidak ada (Pengalaman Pribadi)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar